Singaraja, Bali -- Generalized Anxiety Disorder (GAD) merupakan gangguan kecemasan umum yang ditandai dengan rasa cemas berlebihan, sulit dikendalikan, dan berlangsung dalam waktu lama. Kondisi ini dapat berdampak pada fisik dan mental, seperti gangguan tidur, penurunan konsentrasi, dan mudah lelah. Lingkungan yang penuh tekanan, seperti di Lembaga Pemasyarakatan, dapat memperburuk gejala ini jika tidak dikelola dengan baik.
Merespon kondisi tersebut, Tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-PM) Universitas Pendidikan Ganesha menghadirkan solusi inovatif melalui program "Merajut Harapan: ACTive FLow Yoga untuk Menurunkan Tingkat Generalized Anxiety Disorder pada Tahanan Lapas Kelas IIB Singaraja". Program ini menggabungkan Acceptance and Commitment Therapy (ACT) dengan gerakan yoga yang dirancang untuk membantu tahanan mengelola kecemasan dan meningkatkan kesejahteraan mental.
Program ini dipimpin oleh Ketut Seri Sasti Dewiyani bersama anggota tim yaitu Komang Linda Mahardika; Luh Rina Wijayanthi; I Gusti Ayu Agung Sukma Febriantini; dan Gede Ardiawan Eka Citta, yang berasal dari berbagai program studi seperti Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Bimbingan dan Konseling, serta Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. Mitra sasaran program ini adalah 20 orang tahanan laki-laki yang mengalami gejala GAD di Lapas Kelas IIB Singaraja.
Program ini dilaksanakan melalui 6 tahapan utama, yakni: merajut harapan 1: the path of embrace, merajut harapan 2: the release of thought, merajut harapan 3: the now connection, merajut harapan 4: the observer's view, merajut harapan 5: the compass within, dan merajut harapan 6: the brave step forward. Dalam setiap sesi, peserta diajak untuk mempraktikkan teknik pernapasan, meditasi ringan, dan rangkaian gerakan yoga yang mudah diikuti.
Selain itu, diakhir sesi juga diisi dengan kegiatan refleksi diri, berbagi pengalaman, serta aktivitas relaksasi seperti mendengarkan musik tenang dan latihan visualisasi positif. "Kami ingin membantu para tahanan menemukan ketenangan batin, menerima kondisi mereka, dan fokus membangun harapan baru. Yoga dan ACT menjadi kombinasi yang efektif untuk membantu mengelola kecemasan," ujar Ketut Seri Sasti Dewiyani, selaku ketua tim.
Program ini dilaksanakan secara intensif selama empat bulan, dengan bimbingan langsung dari dosen pendamping, yaitu Dr. Putu Nanci Riastini, S.Pd., M.Pd., yang memastikan kegiatan berjalan sesuai prinsip edukatif, partisipatif, dan humanis yang diusung Undiksha. Melalui program "Merajut Harapan", Universitas Pendidikan Ganesha menegaskan komitmennya untuk mendukung kesehatan mental dan proses pembinaan warga binaan. Program ini tidak hanya bertujuan menurunkan tingkat kecemasan, tetapi juga menjadi sarana bagi para tahanan untuk membangun kembali harapan, ketenangan, dan motivasi dalam menjalani hidup.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI