Mohon tunggu...
Widiyatmoko
Widiyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aviation Enthusiast | Aerophile | Responsible Traveler

Penggemar pesawat berbagai jenis dan pengoperasiannya serta perkembangannya melalui membaca. Airport of Birth : HLP Current Airport : DPS

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Bagaimana Bandara Dapat Menjadi Hub Maskapai?

11 Januari 2023   17:46 Diperbarui: 11 Januari 2023   20:00 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bandara (foto:pixabay.com)

Beberapa waktu yang lalu sempat ada wacana untuk menetapkan beberapa bandara kita sebagai super hub dan juga hub, dimana terdapat 8 buah bandara yang akan dijadikan super hub yaitu bandara Denpasar (DPS), Medan (KNO), Manado (MDC,) Makassar (UPG), Yogyakarta (YIA), Balikpapan ( BPN), Surabaya (SUB), Jakarta ( CGK).

Ada juga sempat muncul wacana menjadikan bandara Kertajati sebagai hub e-commerce dimana bandara akan menjadi pusat pendistribusian barang barang dari kegiatan  ecommerce.

Bagaimana kita dapat mewujudkan bandara bandara tersebut menjadi hub, apa yang membuat bandara bisa dikatakan sebagai hub oleh maskapai baik itu penumpang maupun kargo.

Untuk memulainya kita bisa melihat ilustrasi berikut, misalnya ada kota A,B,C dimana penerbangan langsung dari kota A ke C tidak tersedia karena tidak ada cukup permintaan kursi, namun baik kota A maupun kota C memiliki penerbangan ke kota B, maskapai kemudian menjadikan kota B sebagai penghubung konektivitas kota A dan C, artinya penerbangan dari kota A ke kota  C dan sebaliknya dilakukan melalui kota B.

Ini disebut dengan sistem "Hub and spoke" dimana  bandara di kota B  menjadi pengumpul (hub) antara kota A dan B sebagai pengumpan (spoke) dengan begitu trafik penumpang dari kota C ke kota B merupakan pengumpan trafik dari kota B ke kota A begitu pula trafik dari kota A ke kota B merupakan pengumpan trafik dari Kota B ke kota C.

Rute penerbangan dari kota A ke kota C dan sebaliknya merupakan rute yang tak terlayani secara langsung ini disebut dengan unserved route.

Dari contoh sederhana tersebut dapat kita simpulkan bahwa bandara bisa dikatakan sebagai hub bila ada maskapai yang menghubungkan trafik di antara dua kota atau lebih yang tidak dilayani dengan langsung.

Dengan kata lain, bandara yang dijadikan hub disini adalah hub maskapai atau airline hub bukan karena pemberian status seperti pada bandara internasional ataupun domestik.

Jika di Jakarta kita bisa melihat pada bandara Jakarta (CGK)yang menghubungkan kota kota di Jawa dengan kota kota di Sumatera serta kawasan lainnya di Indonesia dengan singgah atau transit.

Sehingga ketika kita mengatakan akan menjadikan bandara di kota A sebagai hub ataupun super hub berarti kita sudah melihat adanya satu atau lebih maskapai yang dengan armadanya melakukan penerbangan dari bandara tersebut dan menghubungkannya dengan berbagai tujuan daerah atau bahkan negara lain yang tidak dilayani oleh penerbangan langsung.

Sedangkan jika kita melihat sektor penerbangan komersial berjadwal kita dan lebih khususnya lagi pada penerbangan internasional, kita masih melihat dimana bandara bandara kita di beberapa kawasan seperti contohnya Sumatera, masih terlihat bandara internasional kita yang belum maksimal memainkan perannya sebagai pintu gerbang wisatawan asing ke Indonesia.

Pada umumnya bandara bandara ini hanya dilayani maskapai yang menghubungkanya ke Kuala Lumpur (KUL), Penang (PEN), Bangkok (DMK) serta SIN sedangkan untuk tujuan internasional lainnya melalui mixed flights (domestik dan internasional) ataupun connecting flight baik dari bandara lainnya di Indonesia ataupun melalui bandara di mancanegara seperti (Kuala Lumpur dan Doha) ke Jeddah dan Medina.

Sedangkan pada domestik, masih banyak unserved routes antar kota kota besar di Indonesia, serta terlihat para maskapai masih berfokus kepada rute rute yang umum dan sebagian besarnya justru antar hub, misalnya CGK -- SUB, CGK--DPS, SUB -- UPG dan lainnya.

Selain itu pada penerbangan domestik, ada maskapai yang menjadikan sebuah kota sebagai focus city nya yang berbeda dengan hub.

Focus city adalah kota dimana sebuah maskapai melayani penerbangan langsung ke kota tersebut dari berbagai kota keberangkatan.

Contoh kota di Indonesia adalah Yogyakarta (YIA) serta Jakarta (HLP) dimana banyak penerbangan dari berbagai kota menuju kota ini walau bukan sebagai hub.

Perbedaan antara airline hub dengan focus city dapat dilihat pada penerbangannya, jika pada airline hub penerbangan yang dilakukan umumnya merupakan connecting flight sedangkan pada focus city umumnya penerbangan langsung atau P2P (Point to Point) atau O&D (orign and destination).

Selaih itu maskapai biasanya menempatkan kru di hub nya namun tidak di focus city.

Jika pada contoh diatas kota A,B,C maka dapat diilustrasikan ada satu atau lebih maskapai yang menjadikan kota B sebagai hub nya untuk menerbangkan penumpang di kota C ke kota A melalui kota B (connecting flight) namun ada pula maskapai yang menjadikan kota B sebagai focus city untuk penerbangan dari kota C ke kota B dan dari kota A ke kota B (penerbangan point to point) dengan tidak menempatkan kru disana.

Hal ini sebenarnya positif jika maskapai banyak memiliki pesawat dalam armadanya sehingga bisa melayani rute penerbangan lainnya, namun jika hanya memiliki sedikit pesawat maka akan banyak rute yang tidak bisa terlayani.

Jadinya apakah kita sudah berada pada keadaan dimana bandara siap menjadi hub bagi para maskapai ?

Ada baiknya kita meningkatkan peran bandara internasional kita dahulu sebagai pintu gerbang wisatawan asing dengan meningkatkan konektivitas oleh maskapai, tidak hanya cukup puas dengan dua atau tiga penerbangan internasional secara langsung.

Selain itu dengan banyak penerbangan langsung dari mancanegara akan menjadikan feeder bagi maskapai nasional kita ke tujuan domestik lainnya.

Kita sebenarnya bisa berusaha mengambil porsi penumpang dari SIN ke DPS ketika kita punya bandara internsional di Batam (BTH), apakah sudah ada rute penerbangan langsung dari BTH ke DPS ?

Oleh karena itu  untuk mengambil porsi penumpang pada rute SIN ke DPS kita sebaiknya memaksimalkan peran BTH sebagai bandara internasional, tidak hanya puas dengan satu atau dua penerbangan internasional.

Memang akan sulit bersaing dengan bandara Changi sebagai hub maskapai, akan tetapi tidak jika kita kembali pada tujuan dari pembangunan bandara internasional maka kita juga perlu memaksimalkan peran dari bandara tersebut sebagai pintu gerbang.

Untuk mewujudkan bandara sebagai hub, juga tidak hanya cukup dengan misalnya penerapan biaya biaya di bandara dengan tingkat yang rendah untuk menimbulkan keinginan maskapai membuka rute penerbangan saja tetapi juga dengan strategi lainnya misalnya dari sisi bisnis, pariwisata dan lainnya.

Semua ini akan menciptakan trafik penumpang (baca: permintaan kursi) karena maskapai bergantung pada permintaan kursi sedangkan permintaan kursi dapat tercipta dan tumbuh karena usaha promosi dari daerah yang menjadi tujuan penerbangan.

Selain itu pula mungkin ada pertanyaan dari beberapa pihak, dijaman dimana kini semua pesawat dapat terbang jauh tanpa transit dan bisa mencakup penerbangan langsung antar kota, propinsi dan.pulau di Indonesia, mengapa harus pakai hub ?

Jawabannya karena tidak ada permintaan kursi yang cukup antar dua kota atau tujuan sehingga masih diperlukan penerapan sistem hub and spoke ini di tanah air, dengan ini pula kita bisa juga mengatakan bahwa masih banyak rute penerbangan (langsung) yang tak terlayani (unserved routes).

Hub yang mungkin lebih baik dan efektiif adalah hub yang menghubungkan sebuah kota di indonesia dengan berbagai kota di dunia seperti pada bandara Changi atau bila dalam hal durasi adalah hub maskapai yang menghubungkan penerbangan jarak sedang dan jauh.

Di Amerika para maskapai menjadikan beberapa bandara untuk penerbangan jarak sedang untuk menghubungkan seluruh kota di Amerika, sedangkan Dubai menjadi hub untuk penerbangan jarak sedang dan jauh oleh maskapai Emirates sekaligus menjadikannya sebagai base operasionalnya.

Alternatifnya bisa juga menjadikan sebuah kota di Indonesia menjadi focus city bagi maskapai, misalnya Denpasar dan Yogyakarta.

Namun baik hub maskapai maupun focus city memerlukan trafik di bandara tersebut yang bagi maskapai cukup untuk menjadikannya sebagai hub maskapai atau focus city.

Satu hal lagi adalah penduduk yang bertempat tinggal di kota dimana bandara nya dijadikan sebagai hub ataupun focus city oleh maskapai akan memiliki banyak pilihan baik rute maupun frekwensi penerbangannya,hal ini juga menunjukan bahwa permintaan trafik memang menjadi awal dari penunjukan bandara sebagai hub ataupun focus city.

Referensi :

  • nasional.kompas.com/read/2020/08/06/10422561/ri-punya-30-bandara-internasional-jokowi-apa-perlu-sebanyak-ini
  • flypgs.com/en/travel-glossary/airline-hub
  • money.kompas.com/read/2021/04/22/193000126/bandara-kertajati-disarankan-jadi-hub-e-commerce-indonesia
  • blog.tripplus.cc/en/30060/hubs-major-airlines-in-north-america
  • airliners.net/forum/viewtopic.php?t=1397813
  • en.m.wikipedia.org/wiki/Halim_Perdanakusuma_International_Airport

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun