Mohon tunggu...
Widiyatmoko
Widiyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aviation Enthusiast | Aerophile | Responsible Traveler

Penggemar pesawat berbagai jenis dan pengoperasiannya serta perkembangannya melalui membaca. Airport of Birth : HLP Current Airport : DPS

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Islomania, Penyakit Langka dalam Kehidupan Manusia

18 September 2022   23:23 Diperbarui: 18 September 2022   23:34 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Islomania (Image Credit : Sam Deng /unsplash.com)

Lokasinya awalnya bisa berada ditengah lautan luas dan jauh dari daratan utama serta terisolasi dari hiruk pikuk kehidupan, tetapi ini semua tidak menghambat beberapa orang untuk mengunjungi tempat ini dan bahkan hingga ada yang memutuskan untuk tinggal di sana.

Iya, ini memang menggambarkan sebuah pulau yang berada ditengah lautan dimana oleh penemu dari penyakit ini sebagai tempat asal mula dan penyebab penyakit ini.

Islomania adalah nama dari penyakit ini yang disebut oleh penemunya atau orang yang pertama kali mengucapakan sebutan ini sebagai jenis penyakit yang sangat langka dan belum terdapat pada kamus kedokteran.

Dia adalah Lawrence Durrell seorang penulis asal Inggris dari buku berjudul "Reflections on a Marine Venus'' pada tahun 1953 yang mendefiniskan islomania sebagai ketertarikan yang mendalam pada pulau.

Penyebutan islomania ini  pada buku tersebut adalah melalui karakter " Gideon"  yang disebutkan sebagai keturunan dari penduduk pulau yang hilang Atlantis dan kini sedang menuju kembali kesana melalui pulau pulau dengan daya tariknya yang luar biasa.

Islomania merupakan keranjingan atau kecanduan kita yang mendalam pada pulau namun tidak hanya sebagai destinasi wisata saja dengan keindahan daratan dan pesisirnya tetapi lebih pada segala aspeknya, dalam kata lain bukan karena kunjungan kita tetapi pada keberadaan kita sebagai bagian dari kehidupan pulau.

Sebutan islomania juga melahirkan sebutan untuk orang yang menghadapi kecanduan ini yaitu islomaniac atau lebih banyak yang menggunakan sebutan islomanes.

Dari awal hingga perkembangannya sebutan islomania lebih melekat pada penulis yang menulis pengalaman perjalanannya ke pulau dalam sebuah buku atau catatan travel, dan kini juga melekat pada traveler khususnya yang melakukan perjalanan dengan kapal (pelayaran) dengan kapal layar mereka .

Caranya pun masih sama dimana mereka juga lebih mengekspresikan dalam tulisan atau catatan ketimbang tindakan.

Seorang islomanes menuliskan pengalaman nya melalui tulisan bahwa pulau terkadang dijadikan sebagai tempat pelarian (escaping), namun bagi islomanes, escaping adalah berlari ke sesuatu (pulau) bukannya berlari dari sesuatu,  keadaan ini dapat diartikan kita tidak ingin lagi kembali ke tempat sebelumnya.

Ini bisa menandakan bahwa islomania adalah sesuatu yang sudah melekat dalam diri kita, lebih dari passion, sesuatu yang hanya bisa dirasakan secara individu bukan dibagi kepada orang lain seperti pada hobi atau kegemaran.

Beberapa dari kita mungkin akan berkata bahwa dengan kita berada di pulau akan membuat kita merasa terisolasi dari dunia luar dengan mencabut stopkontak kita dengan kehidupan yang  serta terputus dari teknologi, memang itu semua benar adanya.

Akan tetapi semua itu hanya mempresentasikan kebutuhan dari raga atau badan kita yang ingin menjadi bagian dari sebuah kelompok masyrakat, ingin terlihat tampan atau cantik dengan penampilan yang menyesuaikan dengan jaman.

Ilustrasi Pulau (Image Credit : Benjamn Gremler/unsplash.com)
Ilustrasi Pulau (Image Credit : Benjamn Gremler/unsplash.com)

Bagi penulis yang juga sebagai islomania, pulau adalah lebih dari sekadar kampung halaman ataupun destinasi wiaata yang bisa dikunjungi ataupun dijadikan tempat " settle down",  pulau adalah rumah bagi jiwa kita bukan raga kita.

Keletihan dan tekanan pada umumnya lebih berat dirasakan oleh jiwa daripada badan kita, dan untuk memulihkannya dibutuhkan lebih dari sekadar memejamkan mata dan tertidur pulas.

Jiwa atau inner space kita memerlukan waktu untuk rehat, membisukan diri dari perdebatannya dengan pikiran kita yang bisa terjadi dalam waktu yang cukup untuk menguras tenaga badan kita pada akhirnya.

Bila kita mungkin tidak pernah memperdulikan untuk meluangkan waktu melihat matahari terbit dan terbenam ketika kita di kehidupan kita sehari hari diperkotaan, namun ketika kita dipulau justru kita selalu berusaha sudah berada di tepi pantai sebelum waktunya tiba.

Pada saat itu kita sedang memberikan waktu dan ruang kepada jiwa kita untuk mengeluarkan energi yang sudah lama menjadi penghambat bagi jiwa kita untuk menyediakan energi yang positif kepada pikiran dan badan kita.

Ini hanya merupakan satu dari sekian banyak dari kekuatan pulau bagi jiwa kita atau bagi yang mengalami kondisi islomania ini.

Kesimpulannya islomania adalah kebutuhan inner space dari para islomanes yang harus dipenuhi dari waktu ke waktu.

Akan tetapi islomania juga bisa menimbulkan dorongan kepada raga kita untuk menjadi bagian dari kehidupan pulau dan menjadi milik dari lautan sekitarnya, dorongan ini bisa tercipta dari kecanduan raga kita terhadap energi yang selalu positif yang mana disediakan oleh emosi (inner space) kita.

Sedangkan pulau yang dimaksudkan pada islomania ini bukanlah seperti pada kenyataan dimana Jakarta terletak di pulau jawa, tetapi pulau yang menjadi bagian dari lautan lepas dimana tidak ada penghalang diantara kita dengannya.

Referensi :

1. Islomania - NYTimes

2. Islomania dari sisi Traveler

3. Islomania - Definisi dan Perkembangannya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun