Mohon tunggu...
Randy Rastiya
Randy Rastiya Mohon Tunggu... -

Sports and Youth Observers

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Network Marketing", Wajah Baru MLM?

5 April 2018   11:23 Diperbarui: 5 April 2018   11:28 4426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : www.websoftinfotech.in

Ditengah pikiran saya yang terkejut dan bercampur aduk, lalu pesan WA dia pun datang lagi yang mengajak saya untuk bertemu dan dia bersedia untuk saya menentukan hari dan waktunya.

Terlintas dalam benak saya, akankah terulang kembali kejadian dahulu dimana saya selalu jadi korban 'prospek' dari para pegiat MLM dengan segala celoteh-celoteh motivasi dan hal-hal prestisius yang coba digaungkan untuk mendoktrin dan mencuci otak saya.

Karena memang sudah menjadi rahasia sebagian publik, bahwa para pegiat MLM selalu mengajak calon downline-nya untuk mengajak bertemu dan di 'prospek' dengan hal sedemikian rupa agar menjadi pengikutnya.

Beruntungnya, sejak SMA saya tidak pernah terpengaruh dengan hal tersebut, meskipun sering di 'prospek'.

Mungkin saya tidak terlalu memahami secara dalam apa itu Network Marketing atau Multi-Level Marketing (MLM) sehingga saya tidak membahas secara spesifik dalam tulisan ini, yang saya pahami, praktek MLM telah dijalankan bukan hanya di Indonesia saja tapi di negara adidaya seperti Amerika pun menjalankan strategi bisnis ini di berbagai perusahaan-perusahaan.

Lalu apa itu Network Marketing atau MLM?

Secara garis besar, MLM adalah strategi pemasaran berjenjang atau berantai, di mana tenaga penjual (sales) tidak hanya mendapatkan kompensasi atas penjualan yang mereka hasilkan, tetapi juga atas hasil penjualan sales lain yang mereka rekrut. Dalam sistem penjualan piramida atau pemasaran jaringan ini, ada istilah anggota "up line" dan "downline", yaitu orang-orang yang melakukan penjualan produk setelah sebelumnya berdasarkan urutan rekrutan atau pendaftaran. Dalam sistem ini Up-line diharuskan untuk mencari down-line sebanyak-banyaknya agar mendapatkan bonus atau penghasilan yang berlipat-lipat. (Sumber : www.cermati.com)

Sebenarnya, tidak ada yang salah dalam konsep strategi bisnis ini. Akan tetapi dalam penerapannya di negara kita, terlihat seperti salah sasaran dan cenderung lebih banyak efek buruk yang ditimbulkan daripada hal positifnya.

Sebagai contoh, sewaktu saya SMA sekitar tahun 2011 dapat saya anggap sebagai tahun-tahun boomingnya strategi bisnis MLM, teman sebangku saya pun tak luput dari jeratan bisnis MLM ini.

Saya pernah diprospeknya di dalam kelas ketika pelajaran sedang berlangsung dan dia pun dengan jujur bercerita bahwa dia sampai menggadaikan BPKB motor orangtunya demi bisa mendaftar dengan bisnis MLM tersebut.

Namun ironisnya dia pun lebih memilih keluar dari sekolah dengan alasan untuk fokus di bisnis MLMnya, dan yang lebih anehnya, dia pun tidak pernah mendapatkan hal dan janji seperti apa yang dia tawarkan ke saya seperti mendapat penghasilan jutaan rupiah per-minggu, hidup sukses, membeli mobil dan rumah apabila mengikuti bisnis MLM.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun