Mohon tunggu...
Randy Rastiya
Randy Rastiya Mohon Tunggu... -

Sports and Youth Observers

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Network Marketing", Wajah Baru MLM?

5 April 2018   11:23 Diperbarui: 5 April 2018   11:28 4426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : www.websoftinfotech.in

Pagi tadi saya mendapatkan pesan WA (whatsapp) masuk ke HP saya yang ternyata teman sewaktu saya berlatih Judo di daerah Jakarta. 

Saya sangat antusias mengingat saya sudah lama tidak berlatih karena padatnya jadwal pekerjaan serta kuliah, dan memang sudah lama saya memiliki niat untuk kembali berlatih.

Percakapan kami diawal sama seperti pada umumnya, bertanya kabar dan kegiatan yang dilakukan. Saya sangat tidak sabar untuk membahas seputar kegiatan latihan mengingat dugaan saya pada awalnya yang saya kira dia ingin mengajak saya untuk kembali berlatih.

Obrolan di WA pun terus berjalan dan sampailah dia membahas tentang dia yang memiliki project yang sedang dijalani. Sebagai teman saya ikut senang karena melalui projectnya tersebut dikatakan dia mendapat penghasilan untuk menambah uang jajan (mengingat teman saya ini masih duduk di bangku SMA).

Lalu, dia pun bersedia berbagi cerita tentang project yang dia jalani dan mengajak saya untuk bertemu. Karena ada kesibukan kuliah saya pun menolaknya dan saya meminta penjelasan project apa yang sedang dia jalankan melalui WA saja. Dia pun besedia dan memberitahu saya tentang project yang bernama Network Marketing.

Suatu istilah yang bisa dibilang asing di telinga saya. Saya pun bertanya tentang Network Marketing dan dia bercerita mulai dari bisnis ini yang didominasi anak kuliah hingga kisah seseorang yang dapat penghasilan besar dan bisa 'jajan' mobil dari penghasilan yang didapatkan.

Wow! Itu reaksi dalam hati yang saya rasakan seketika mendengarnya.

Tidak sampai disitu, dia pun mengajak saya untuk ke perusahaannya agar lebih meyakinkan saya untuk bergabung dengan project tersebut.

Disisi lain, hal ini membawa 'nostalgia' sewaktu SMA saya dulu tentang MLM yang masih segar dalam ingatan. Saya pun tak mau ber-suudzon dan mencari tahu tentang apa sebenarnya Network Marketing.

Setelah saya menelusuri, ternyata Network Marketing adalah nama lain dari Multi-Level Marketing atau yang biasa disingkat MLM.

Jujur saja, saya baru mengetahui istilah Network Marketing ini sama halnya dengan MLM, karena memang di sekitar tahun 2011 istilah trennya adalah MLM.

Ditengah pikiran saya yang terkejut dan bercampur aduk, lalu pesan WA dia pun datang lagi yang mengajak saya untuk bertemu dan dia bersedia untuk saya menentukan hari dan waktunya.

Terlintas dalam benak saya, akankah terulang kembali kejadian dahulu dimana saya selalu jadi korban 'prospek' dari para pegiat MLM dengan segala celoteh-celoteh motivasi dan hal-hal prestisius yang coba digaungkan untuk mendoktrin dan mencuci otak saya.

Karena memang sudah menjadi rahasia sebagian publik, bahwa para pegiat MLM selalu mengajak calon downline-nya untuk mengajak bertemu dan di 'prospek' dengan hal sedemikian rupa agar menjadi pengikutnya.

Beruntungnya, sejak SMA saya tidak pernah terpengaruh dengan hal tersebut, meskipun sering di 'prospek'.

Mungkin saya tidak terlalu memahami secara dalam apa itu Network Marketing atau Multi-Level Marketing (MLM) sehingga saya tidak membahas secara spesifik dalam tulisan ini, yang saya pahami, praktek MLM telah dijalankan bukan hanya di Indonesia saja tapi di negara adidaya seperti Amerika pun menjalankan strategi bisnis ini di berbagai perusahaan-perusahaan.

Lalu apa itu Network Marketing atau MLM?

Secara garis besar, MLM adalah strategi pemasaran berjenjang atau berantai, di mana tenaga penjual (sales) tidak hanya mendapatkan kompensasi atas penjualan yang mereka hasilkan, tetapi juga atas hasil penjualan sales lain yang mereka rekrut. Dalam sistem penjualan piramida atau pemasaran jaringan ini, ada istilah anggota "up line" dan "downline", yaitu orang-orang yang melakukan penjualan produk setelah sebelumnya berdasarkan urutan rekrutan atau pendaftaran. Dalam sistem ini Up-line diharuskan untuk mencari down-line sebanyak-banyaknya agar mendapatkan bonus atau penghasilan yang berlipat-lipat. (Sumber : www.cermati.com)

Sebenarnya, tidak ada yang salah dalam konsep strategi bisnis ini. Akan tetapi dalam penerapannya di negara kita, terlihat seperti salah sasaran dan cenderung lebih banyak efek buruk yang ditimbulkan daripada hal positifnya.

Sebagai contoh, sewaktu saya SMA sekitar tahun 2011 dapat saya anggap sebagai tahun-tahun boomingnya strategi bisnis MLM, teman sebangku saya pun tak luput dari jeratan bisnis MLM ini.

Saya pernah diprospeknya di dalam kelas ketika pelajaran sedang berlangsung dan dia pun dengan jujur bercerita bahwa dia sampai menggadaikan BPKB motor orangtunya demi bisa mendaftar dengan bisnis MLM tersebut.

Namun ironisnya dia pun lebih memilih keluar dari sekolah dengan alasan untuk fokus di bisnis MLMnya, dan yang lebih anehnya, dia pun tidak pernah mendapatkan hal dan janji seperti apa yang dia tawarkan ke saya seperti mendapat penghasilan jutaan rupiah per-minggu, hidup sukses, membeli mobil dan rumah apabila mengikuti bisnis MLM.

Beranjak dari hal tersebut, dalam tulisan ini saya mencoba mengingatkan dan berbagi pengalaman atas dampak buruk dari MLM yang salah sasaran ini bagi kita para generasi muda dan para orangtua yang memiliki anak yang berusia remaja.

Bahwa MLM dapat disejajarkan sebagai ancaman generasi muda khususnya para siswa Sekolah Menengah Atas atau sederajatnya dan para remaja-remaja yang masih labil dalam segi psikologisnya.

Karena dalam pelaksanaannya, para pengikut MLM selalu dijejali motivasi 'semu', hal-hal pragmatis dan janji-janji manis bahwa dengan mengikuti MLM ini para pengikutnya bisa mendapatkan income yang besar tanpa harus bekerja keras.

Sehingga membuat para remaja-remaja terdoktrin dan berimbas pada prestasi di kelas yang menurun karena selalu 'menggampangkan' suatu hal serta menganggap sekolah tidak penting karena dengan bisnis MLM mereka sudah bisa memperoleh penghasilan dengan besar serta menjadi sukses, kemudian dari segi sosial banyak 'aktivis' MLM yang tidak disukai karena mereka selalu mengajak untuk melakukan pertemuan dan bukannya bersilaturahmi tetapi malah membahas bisnisnya (prospek), dan yang terakhir, efek buruk dari MLM yang menjangkiti remaja adalah mereka dapat bertindak berani dengan menjual apapun yang dia miliki untuk dapat mengikuti bisnis MLM ini karena dijanjikan hal-hal menarik yang sebenarnya diluar nalar dan logika.

Sekali lagi, mungkin pada dasarnya Network Marketing atau MLM ini baik, namun menjadi tidak baik apabila sasaran mereka sudah memasuki ranah usia sekolah, yang notabene-nya masih membutuhkan pendidikan sebagai bekal mereka di masa depan, lalu bisa kita bayangkan apabila pengaruh dari luar datang yang menjanjikan hidup sukses, mendapat penghasilan besar per-minggu dan mobil mewah, apakah mereka tidak akan terbuai? Apakah hal ini bukan termasuk sesuatu yang merusak?

Randy Rastiya

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun