Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Maaf, Aku Tidak Ingin Menjadi Perampok Energi

5 Februari 2024   14:38 Diperbarui: 5 Februari 2024   14:39 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Merampok itu perbuatan mengambil paksa harta atau kekayaan pihak lain dengan menggunakan senjata serta kekerasan. Sementara merampas tindakan yang hampir sama, mengambil paksa tapi tanpa senjata dan tanpa kekerasan.


Perampokan saat ini barangkali lebih elegant tidak menggunakan senjata tajam atau senjata api. Namun cenderung menggunakan senjata baru, yang tidak mesti tajam serta berapi atau yang dapat mengeluarkan peluru. Tetapi memungkinkan hasilnya lebih banyak.

Senjata merupakan temuan ilmu pengetahuan, teknologi dan tidak jarang disalahgunakan. Salah satunya untuk merampok rumah seseorang, kantor, lembaga atau institusi. Bahkan negaranya sendiri,  berupa  sumberdaya alam milik orang banyak atau publik.

Dengan peralatan modern, seseorang atau sekelompok orang memiliki kesempatan untuk memuaskan sifat rakusnya dengan merampok hak milik orang banyak, mengeksploitasi sumber daya alam yang berlebihan. 

(Foto; Tibeman.com)
(Foto; Tibeman.com)

Bukannya mereka tidak mengenal perhitungan. Mereka yang rakus, sangat perhitungan namun hanya untuk diri sendiri. Tidak memikirkan kepentingan orang lain termasuk generasi yang akan datang. Generasi yang memiliki hak sama menggunakan dan memanfaatkan energi yang ada di bumi. Apapun itu bentuk serta wujud energinya.

Beberapa kasus perampokan, terdiri dari sekumpulan orang yang  tergabung dalam perusahaan besar. Tidak tertutup kemungkinan mereka memainkan kebijakan, hukum atau undang-undang karena lemahnya pengawasan.

Dasar perbuatan tersebut karena adan peluang atau kesempatan sehingga muncul keinginan memuaskan diri. Memuaskan nafsu konsumtif yang merasa tidak pernah cukup.

(Foto: pixabay.com)
(Foto: pixabay.com)

Ditambah sikap tamak yang ingin menimbun dengan alasan mengamankan masa depan, supaya tetap dalam kondisi aman atau situasi nyaman. Lupa hak generasi mendatang dimana mereka adalah orang-orang yang memiliki kesempatan dan hak sama dengan kita yang hidup pada saat ini.

Setiap orang boleh dan memiliki hak untuk kaya. Namun dengan catatan lewat cara atau jalan yang benar. Melakukan eksploitasi alam bolen. Namun harus tetap dalam koridor atau batas menjaga lingkungan demi keselamatan bersama, serta kelanggengan bumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun