Mohon tunggu...
Kognisi.id
Kognisi.id Mohon Tunggu... Administrasi - Learning Platform by Growth Center part of Kompas Gramedia

Providing a convenient, insightful, and collaborative learning experience

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Storytelling di Tangan Para Perempuan Hebat

11 Januari 2024   08:48 Diperbarui: 11 Januari 2024   09:39 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: kognisi.id

Sheryl Sandberg, kelahiran 1969 di Washington, D.C., mengejar karir gemilang di dunia bisnis. Setelah meraih gelar ekonomi dari Harvard University, ia membawa semangat dan bakatnya ke Google pada tahun 2001, menjadi satu-satunya perempuan di tim manajemen. Namun, tantangan sesungguhnya muncul ketika ia pindah ke Facebook sebagai Chief Operating Officer pada 2008.

"We hold ourselves back in ways both big and small, by lacking self-confidence, by not raising our hands, and by pulling back when we should be leaning in."  --- Sheryl Sandberg

Buku Sheryl yang terkenal, Lean In, memotret perjuangannya dalam dunia bisnis yang dominasinya adalah pria. Lebih dari sekadar manifesto, bukunya menjadi panggilan kepada perempuan untuk berani masuk dan ambil peran aktif dalam karir mereka. Pengalaman pribadinya, terutama kehilangan suaminya pada tahun 2015, memperlihatkan sisi rawan dan manusiawi yang jarang terlihat di koridor-koridor kekuasaan.

"Leadership is not bullying and aggression. Leadership is the expectation that you can use your voice for good. That you can make the world a better place."  --- Sheryl Sandberg

Cerita hidup Sheryl menjadi simbol ketangguhan dan kemampuan untuk memimpin dengan empati. Pada intinya, ia menjadi sosok yang memecahkan stereotip tentang kepemimpinan perempuan, merancang kembali naratif tentang apa yang bisa dicapai perempuan di dunia bisnis.

Baca Juga: Leadership Tips: Pentingnya Apresiasi dan Pujian untuk Dorong Perubahan

Peran Storytelling dalam Perjuangan Mereka

Peran storytelling dalam perjuangan Malala Yousafzai dan Sheryl Sandberg melebihi batasan penyampaian pengalaman pribadi. Cerita bukan sekedar alat, tetapi fondasi utama yang mereka gunakan untuk menggugah empati, meruntuhkan stereotip, dan memberdayakan perempuan di seluruh dunia. Di dalam setiap kata-kata yang mereka pilih, tersembunyi kekuatan untuk mengubah tidak hanya pandangan, tetapi juga realitas sosial.

"When the whole world is silent, even one voice becomes powerful." Malala Yousafzai,

Dari kemampuan storytelling, Malala Yousafzai menjadi pembentuk narasi perubahan yang menggetarkan dunia. Kisah hidupnya, dari penulis blog anonim hingga penulis buku I Am Malala, tidak hanya menghidupkan kembali pengalaman pribadinya yang berani, tetapi juga menjadi dasar bagi gerakan global hak pendidikan perempuan. Melalui tulisannya, Malala membuka jendela ke realitas hidup di bawah rezim Taliban, membangkitkan semangat perlawanan, dan mengubah pandangan tentang hak pendidikan perempuan dari isu lokal menjadi gerakan global.

Cerita Malala bukan hanya tentang mengungkap ketidaksetaraan, tetapi juga ajakan global untuk perubahan. Dari blog hingga bukunya, ia menggunakan storytelling sebagai alat untuk memberdayakan individu dan membangun gerakan advokasi hak pendidikan setara. Dalam setiap kata, ia menunjukkan bahwa storytelling bukan hanya medium untuk menceritakan pengalaman, melainkan kekuatan untuk membentuk kesadaran global dan menginspirasi tindakan konkret.

Dengan seni bercerita yang menggerakkan hati, Malala Yousafzai tidak hanya menjadi lambang perubahan, tetapi juga pemimpin gerakan hak pendidikan perempuan yang meluas hingga tingkat global. Kisah hidupnya membuka jalan bagi perubahan sosial, membuktikan bahwa storytelling dapat menjadi kekuatan nyata dalam mengarahkan kita menuju keadilan dan kesetaraan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun