Mohon tunggu...
Kognisi.id
Kognisi.id Mohon Tunggu... Administrasi - Learning Platform by Growth Center part of Kompas Gramedia

Providing a convenient, insightful, and collaborative learning experience

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Duck Syndrome: Berhenti Pura-pura Bahagia

14 Desember 2023   18:18 Diperbarui: 18 Desember 2023   22:14 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Najwa Khabiza Egaikmal -- Content Writer Intern Growth Center 

"I'm still trying everything to get you laughing at me." --  Mirrorball, Taylor Swift

Pernahkah kamu melihat seorang teman yang memiliki kesedihan mendalam tentang sesuatu, tetapi berusaha sekuat tenaga untuk tetap tertawa dan bahagia di depan orang banyak? Atau, apakah kamu salah satunya? Jika iya, fenomena ini bernama duck syndrome. 

Sejak kecil, kita selalu belajar untuk tegar. Saat menangis, kita seringkali diminta untuk segera diam. Hal ini membentuk persepsi negatif terhadap kesedihan. Akhirnya, kita jadi sering mengabaikannya. 

Duck syndrome adalah fenomena ketika seseorang berusaha terlihat bahagia dan baik-baik saja, padahal sedang berusaha keras menghadapi kesedihan dan struggle di dalam hidupnya. Selayaknya seekor bebek yang berenang dan terlihat baik-baik saja padahal kakinya berusaha keras untuk menopang dan bergerak.

Meskipun hanya sebatas sebutan dan bukan diagnosa klinis, duck syndrome adalah fenomena yang populer terjadi. Pada awalnya, duck syndrome adalah term yang digunakan oleh para mahasiswa di Stanford yang berusaha untuk terlihat santai dibalik kesulitan-kesulitan yang dialaminya selama kuliah.

Hal ini menjadi lebih buruk ketika kita tidak memiliki orang yang kita percaya untuk membagi perasaan dan emosi. Masalahnya, menurut The Southern Cross Healthy Futures Report 2020, hampir separuh generasi muda merasa tidak puas dengan persahabatan, kehidupan sosial, dan kesejahteraan mereka. 

Oleh karena itu, penting untuk mengenai penyebab, bahaya, dan cara mengatasi duck syndrome, utamanya bagi Milenial dan Gen Z yang menjadi generasi paling aktif dalam mengarungi kehidupan saat ini.

Baca Juga: Pentingnya Support System untuk Menjalani Hidup

Dari mana Duck Syndrome Bermula?

Alasan mengapa orang cenderung menutupi perasaan yang sebenarnya itu beragam. Namun, biasanya mereka melakukan hal demikian karena memiliki anggapan mendasar bahwa masalah mereka tidak cukup serius untuk disedihkan. Apalagi, pemikiran bahwa menunjukkan emosi adalah bentuk kelemahan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun