Mohon tunggu...
Kognisi.id
Kognisi.id Mohon Tunggu... Administrasi - Learning Platform by Growth Center part of Kompas Gramedia

Providing a convenient, insightful, and collaborative learning experience

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Emotional Agility: Kunci Menjadi Versi Terbaik dari Diri

12 Desember 2023   00:29 Diperbarui: 12 Desember 2023   01:14 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan demikian, apakah emosi negatif yang muncul dari fakta yang kita lihat dari diri sendiri--dan yang lebih luas dalam lingkungan, keluarga, dan negara--atau dari dinamika ketidakpastian harus diabaikan? Jelas sekali, tidak. Mengabaikan pikiran dan emosi yang kita rasakan hanya akan memperkuatnya. 

Di sinilah peran emotional agility bermain. Di saat emosi dan pikiran apapun muncul, emotional agility adalah tentang kemampuan untuk memilih apakah emosi tersebut perlu untuk kita aplikasikan ke dalam tindakan kita. 

Misalnya, saat merasa pesimis dan hilang semangat karena fakta bahwa penerimaan di tempat kerja impian kita hanya 2%, mana yang kita lakukan? Tidak jadi mendaftar, atau meng-upgrade diri agar mampu bersaing? 

Kemampuan kita untuk membangun relasi baik dengan perasaan dan pikiran, sangat menentukan keberhasilan kita dalam melewati tantangan dalam upaya menjadi versi terbaik dari diri sendiri.

"Jika ketidakpastian tidak dapat Anda terima, hal itu akan berubah menjadi ketakutan. Jika kreativitas dapat diterima, hal ini akan meningkatkan semangat, kewaspadaan, dan kreativitas." ---Eckhart Tolle

Baca juga: Semua Tergantung Mindset, Ini Cara Keluar dari Zona Nyaman! 

Menjemput Peluang dengan Emotional Agility


Kita sudah mengetahui bahwa emotional agility bisa membantu kita dalam proses menjadi versi terbaik dari diri sendiri. Ada beberapa hal yang bisa kita terapkan untuk membentuk emotional agility dalam diri kita, berupa:

Show  Up 

Show up adalah proses penerimaan emosi dengan melihat pattern dari kebiasaan yang kita lakukan saat merasakannya. Misalnya, apa yang kita lakukan saat mendapatkan berita kalau usaha kita belum berhasil? Apakah kita cenderung membenci diri, cenderung marah pada keadaan, atau menerima hasil yang ada?

Sebaliknya, kita juga melihat pattern dari emosi yang muncul. Jika tiba-tiba kita merasakan emosi negatif saat melihat teman berhasil dengan mudah mencapai apa yang kita inginkan, kenali alasannya. Apakah itu karena perasaan rendah diri? atau karena kita memiliki sentimen tersendiri kepadanya?

Salah satu langkah penting untuk emotionally agile adalah dengan mengakui perasaan kita--meskipun itu yang terburuk--dan mengenali alasan dibaliknya. 

Baca Juga: Jangan Lupakan Individual Wellness Saat Bekerja

Step Up 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun