Mohon tunggu...
Kofifah Andini
Kofifah Andini Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya adalah seorang Mahasiswa di Universitas Negeri Jakarta Fakultas Ilmu Pendidikan Program Studi Manajemen Pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Problematika Penerapan Kurikulum Merdeka yang dihadapi oleh Pendidikan Sekolah Dasar

17 Desember 2023   13:17 Diperbarui: 17 Desember 2023   13:19 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wacana Pemerintah membentuk generasi muda yang berkarakter di era global ini perlu diwadahi dengan pengembangan kurikulum yang relevan. Seiring dengan hal tersebut pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud ristek) telah melakukan upaya yakni dengan merubah kurikulum pembelajaran dari kurikulum 2013 menjadi kurikulum Merdeka. Tujuannya adalah untuk penguatan kurikulum dalam transformasi pendidikan saat ini dan masa yang akan datang. Kurikulum harus diperbaharui agar sesuai dengan perkembangan zaman , apalagi saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi sudah berkembang pesat dan serba digital.

Merdeka belajar memberi kebebasan kepada siswa dan guru untuk mengembangkan bakat dan keterampilan yang ada pada dirinya. Dengan Merdeka Belajar ini siswa diharapkan dapat lebih banyak praktek dalam implementasi nilai-nilai karakter bangsa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Konsep Merdeka Belajar ialah guru sebagai tenaga pendidik mampu menciptakan suasana belajar yang nyaman dan guru dituntut untuk kreatif inovatif dalam mendesain pembelajaran. Sebanyak 25.000 sekolah yang sudah menerapkan kurikulum Merdeka ini sejak tahun 2021/2022, namun pada tahun 2023 ini menjadi topik hangat karena masalah dan kendala dalam penerapannya.

Kurikulum ini diterapkan mulai dari pendidikan anak usia dini, sekolah dasar kelas I dan IV, sekolah menengah pertama kelas VII dan sekolah menengah atas/kejuruan kelas X. Kurikulum merdeka sekolah dasar memberikan kebebasan kepada instansi pendidikan dan sekolah yang berada di kota dan kabupaten dalam melakukan pengembangan pendidikan yang sesuai dengan kurikulum ini. Oleh karena itu, untuk setiap sekolah dasar yang menggunakan kurikulum merdeka akan memiliki perbedaan pada pelaksanaan pembelajarannya, tetapi akan tetap berfokus pada nilai-nilai Pancasila.

Dalam pelaksanaannya, kurikulum merdeka memiliki 3 komponen yaitu kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan intrakurikuler, dan projek yang berdasar pada PPP atau Profil Pelajar Pancasila. Untuk sekolah dasar, PPP ini akan dilaksanakan diluar jam pelajaran dan akan mengambil waktu sebanyak 20-30% dari keseluruhan pembelajaran pada satuan pendidikan. Tema-tema yang bisa dipilih dalam projek PPP ini diantaranya kearifan lokal, gaya hidup berkelanjutan, Bhinneka Tunggal Ika dan kewirausahaan, dan rekayasa teknologi.

Berdasarkan data yang dirilis oleh kemendikbud ristek, ada sekitar 60% guru yang masih terbatas menguasai teknologi. Jadi, jika mengacu pada data tersebut artinya hanya sekitar 40% saja guru yang dapat mempelajari kurikulum merdeka tanpa mengalami kendala. Berbagai cara  dan strategi harus dibuat untuk dapat memastikan seluruh guru di wilayah Indonesia telah mempelajari kurikulum ini dengan baik.

Berdasarkan beberapa sumber, masalah yang umumnya terjadi pada penerapan kurikulum Merdeka di sekolah dasar ialah pada perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran dalam kurikulum. Tenaga pendidik yang masih kurang mengerti dalam penggunaan teknologi maka akan mengalami kesulitan saat menyusun rancangan pembelajaran. Inti dari perencanaan rancangan pembelajaran ialah menetapkan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan (Farida Jaya, 2019). Selain itu juga, guru masih kesulitan dalam menentukan metode serta strategi yang tepat bagi anak agar proses pembelajaran menjadi menyenangkan dan para siswa dapat aktif di dalam kelas. Hal itu mengharuskan seorang guru untuk memahami kondisi siswa dan kelas sebelum merancang pembelajaran agar dapat terealisasikan dengan baik. 

Selain itu adapun masalah lain yang dialami beberapa guru sekolah dasar yaitu, dikarenakan masih terbatasnya bahan ajar berupa buku siswa, kurangnya kesiapan guru dalam menggunakan media pembelajaran dan belum mahir dalam mengaplikasikan teknologi dalam pembelajaran, permasalahan yang dialami guru juga dari materi ajar yang terlalu luas serta minimnya metode pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajar. Terbatasnya buku siswa dapat menyebabkan pembelajaran terhambat dan terlambat, selain itu minimnya penggunaan metode dan media pembelajaran yang cenderung membosankan sehingga kegiatan pembelajaran yang seharusnya aktif tidak terealisasikan dengan baik. Materi yang luas dalam kurikulum merdeka ini menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi yang diajarkan, dan para guru masih kesulitan dalam menentukan proyek kelas, serta kurangnya alokasi waktu untuk pembelajaran berbasis proyek.

Berdasarkan kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi kurikulum merdeka di sekolah dasar, beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh pihak sekolah dalam mengatasi problematika yang ada diantaranya : 1) pelatihan dan pengembangan kompetensi guru dan staf pendidikan yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan para guru dan staf yang belum mahir dalam teknologi pembelajaran yang kreatif dan inovatif yang akan membantu proses belajar lebih kondusif dan mendukung bagi para siswa, 2) solusi yang dilakukan guru berhubungan dengan penilaian pembelajaran ialah dengan mencari lebih banyak informasi atau referensi tentang asesmen pembelajaran, 3) peningkatan pengawasan dan monitoring, hal ini dapat membantu mengidentifikasi kendala dan masalah yang muncul selama proses implementasi dan mencari solusi yang tepat. Pada intinya rutin mengikuti pelatihan baik dari kepala sekolah, maupun guru atau staff pendidik untuk menguatkan lagi pemahaman guru mengenai kurikulum merdeka ini, dengan cara setiap bulan selalu mengadakan pertemuan dengan Kelompok Kerja Guru (KKG) untuk mengatasi berbagai  permasalahan yang berkaitan dengan kurikulum merdeka serta dapat meningkatkan kompetensi guru dalam proses kegiatan mengajar.

Kesimpulannya ialah problematika dalam sebuah sistem yang dirubah merupakan hal yang tidak bisa dipungkiri. Seperti halnya beberapa problematika diatas yang menunjukkan bahwa semua harus berperan dalam membangun dan menyukseskan sistem baru ini agar tercapainya kesuksesan yang sempurna sesuai dengan target yang sudah dibuat oleh pemerintah. Kurikulum merdeka belajar dirancang semata-mata untuk memajukan pendidikan Indonesia. Berbagai Upaya terus dilakukan, tetapi itu semua tidak mungkin bisa menutupi problematika yang dialami guru atau sekolah dalam menerapkan kurikulum merdeka belajar yang menjadi tantangan baru untuk pengajar dalam mengajar.

Diharapkan pemerintah dapat memberikan dukungan dan pemahaman lebih tentang penerapan kurikulum merdeka di sekolah dasar. Dengan upaya yang tepat dan dukungan yang memadai, diharapkan penerapan kurikulum merdeka ini dapat memberikan manfaat yang optimal bagi perkembangan siswa dan pendidikan di Indonesia secara keseluruhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun