Mohon tunggu...
Muhammad Mukhlisin
Muhammad Mukhlisin Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk berbagi tips, pengalaman dan cerita kehidupan

Pengajar, Trainer, Penulis Modul, Fasilitator Pengembangan Pendidikan Toleransi dan Keragaman. Direktur Eksekutif Yayasan Cahaya Guru. Tulisan yang ada disini adalah pendapat pribadi. Mengutip harus seizin penulis. Email: m.mukhlisin@cahayaguru.or.id

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

6 Manfaat Membaca Sastra yang Membuatmu Lebih Bermakna

25 Oktober 2019   17:08 Diperbarui: 25 Oktober 2019   17:11 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi membaca sastra. Sumber: dokumen prpibadi

Pekan lalu, 16 Oktober 2019, saya bersama Yayasan Cahaya Guru berkolaborasi dengan Komunitas Salihara, menggagas workshop sastra untuk guru. Sebelumnya, kami sepakat bahwa sastra sangat penting buat pembelajaran. Sayangnya cara pengajarannya belum maksimal, sehingga terkesan menjenuhkan. Kami belajar Peta Sastra Kebangsaan bersama Ayu Utami, penulis Buku Saman dan Larung, serta peraih penghargaan Prince Claus Award 2000 dari Prince Claus Fund.
Saya termasuk orang yang "cetek" dalam pemahaman sastra. Sedikit sekali buku sastra yang saya baca. Saat sekolah, tidak tersedia bahan bacaan sastra. Maklum sekolah saya di kampung, tidak ada fasilitas perpustakaan.

Dari workshop ini, saya mendapatkan pelajaran penting, ternyata belajar sastra bisa membuat saya lebih bermakna. Berikut ini beberapa diantaranya:

1) Mengasah keterampilan berpikir kritis

Menurut Ayu Utami, buku sastra pada pra dan awal kemerdekaan banyak yang memuat pelajaran emansipasi, konflik, dan identitas. Bacaan-bacaan ini akan sangat membantu kita untuk berpikir kritis. Buku-buku karya R.A. Kartini, Marah Rusli, dan Muhammad Yamin bisa menjadi bahan bacaan rujukan tema ini.

2) Menumbuhkan jiwa merdeka

Jika anda membaca karya-karya Pramoedya Ananta Toer, maka anda akan menemukan cerita perlawanan terhadap penjajahan dan penindasan. Salah satunya adalah Bumi Manusia yang beberapa waktu lalu difilmkan. Pramoedya menghantam para penjajah dengan tulisan kritisnya yang dibuat di bilik penjara.

3) Menumbuhkan semangat kemanusiaan

Sastra tidak bisa lepas dari problem kemanusiaan yang terjadi saat itu. Ahmad Tohari misalnya, menulis novel Ronggeng Dukuh Paruk untuk menggambarkan pelanggaran hak asasi manusia di bawah kekuasaan militer saat itu.

4) Menguatkan imajinasi

Penulis sastra selalu mengajak pembaca untuk berkeliling melintasi ruang dan waktu. Kita bisa mengikuti ragam alur persoalan kemanusiaan kebangsaan di Indonesia bahkan dunia dari waktu ke waktu dengan membaca sastra. Membaca sastra seperti kita menonton film layar lebar. Bahkan bisa lebih imajinatif.

5) Meningkatkan kemampuan menulis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun