Mohon tunggu...
Kun Lathifa
Kun Lathifa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang pecinta makanan manis yang suka bekerja keras.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tariq Ramdhan: Cendekiawan Kontemporer dan Pemimpin Intelektual Muslim

15 Desember 2023   20:00 Diperbarui: 15 Desember 2023   20:04 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dar al-harb (negara musuh) dan dar al-Islam (negara Islam) adalah dua konsep yang tidak terdapat dalam al-Qur’an maupun sunnah. Tariq Ramadan berpendapat bahwa istilah dar al-harb dan dar al-Islam telah kehilangan relevansinya dalam konteks zaman sekarang, terutama setelah munculnya arus migrasi dan globalisasi yang telah mendeteritorialisasi wilayah Islam. Menurutnya, konsep-konsep tersebut lahir dalam konteks sebelum fenomena tersebut muncul. Namun, Ramadan juga mendorong pemerintah dan masyarakat Barat untuk menerima realitas sosiologis bahwa umat Muslim kini telah menjadi bagian integral dari masyarakat Barat.

Tariq Ramadan menyatakan keberatannya terhadap pemahaman klasik terhadap konsep dar al-harb yang cenderung ditafsirkan dari sudut pandang teologis dan menghasilkan konklusi yang bersifat diskriminatif. Menurut interpretasi tradisional, negara-negara non-Muslim dianggap sebagai dar al-harb, yang dapat dianggap sebagai wilayah yang boleh diperangi. Ramadan menunjukkan bahwa jika melihat konsepsi ini dari perspektif geografis, pemahaman yang lebih tepat adalah bahwa sebuah negara dapat dianggap sebagai dar al-harb jika sedang berperang melawan negara kita, tanpa memandang apakah itu negara Muslim atau bukan.

Lebih lanjut, Ramadan menyoroti bahwa negara-negara di Eropa tidak dapat dengan tepat disebut sebagai dar al-harb, karena, dalam pandangannya, negara-negara Eropa saat ini sangat menghormati Islam sebagai agama. Pendekatan ini mencerminkan upayanya untuk merestrukturisasi dan mengoreksi pemahaman konsep tradisional tersebut, menggantikannya dengan perspektif yang lebih kontekstual dan sesuai dengan realitas zaman sekarang. Dengan demikian, Tariq Ramadan menunjukkan kritik terhadap pemahaman konsep dar al-harb yang bersifat diskriminatif dan mengusulkan pemahaman yang lebih inklusif dan sesuai dengan konteks geopolitik dan sosial kontemporer.

  • Pandangan Kritis terhadap Radikalisme

Tariq Ramadan memiliki pandangan yang sangat kritis terhadap radikalisme, khususnya dalam konteks Islam. Sebagai seorang cendekiawan Muslim yang terkenal Tariq Ramadan menunjukkan keberanian dalam mengkritik pandangan-pandangan radikal yang seringkali menjadi representasi kelompok-kelompok minoritas di dunia Muslim. Ramadan menekankan perlunya mendekati Islam dengan pemahaman yang moderat dan seimbang, serta menolak pandangan-pandangan yang ekstrem atau radikal.

Salah satu aspek kritis Tariq Ramadan terhadap radikalisme adalah penolakannya terhadap interpretasi agama yang sempit dan dogmatis. Ramadan berpendapat bahwa ajaran Islam harus dipahami secara kontekstual, mempertimbangkan perubahan zaman dan realitas sosial. Pandangannya ini bertentangan dengan pemahaman radikal yang cenderung bersifat dogmatis, mempersempit interpretasi agama, dan menolak konteks modern. Tariq Ramadan juga menyoroti pentingnya dialog dan toleransi dalam menanggapi radikalisme.

Ia mempromosikan ide bahwa Islam mengajarkan nilai-nilai toleransi, inklusivitas, dan dialog antarbudaya. Ramadan menekankan bahwa sikap radikalisme dan kekerasan tidak sesuai dengan ajaran Islam yang sebenarnya.


Selain itu, Ramadan menekankan perlunya pendidikan yang holistik dan kritis di kalangan umat Muslim untuk mencegah penyebaran ideologi radikal. Menurutnya, pendidikan harus mendorong pemahaman yang mendalam terhadap ajaran Islam, sekaligus mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan toleransi.

Dengan pandangan kritisnya terhadap radikalisme, Tariq Ramadan berperan sebagai suara yang mempromosikan Islam yang moderat, terbuka, dan damai. Pendekatannya yang seimbang dan kontekstual mencerminkan upayanya dalam menciptakan pemahaman Islam yang mengakomodasi nilai-nilai kemanusiaan dan menjauhkan umat Islam dari jalan radikalisme.

Kesimpulan

Tariq Ramadan merupakan tokoh yang menarik perhatian sebagai seorang cendekiawan Muslim yang aktif berkontribusi dalam membangun pemahaman yang lebih baik antara dunia Islam dan Barat. Melalui pemikirannya yang mendalam, ia berusaha membangun jembatan antara tradisi dan modernitas, menjadikannya sebagai pemimpin intelektual yang memberikan inspirasi bagi banyak generasi. Ramadan menekankan pentingnya asimilasi budaya sebagai langkah kritis untuk memperkuat posisi Islam di Eropa, sambil tetap menghormati keberagaman budaya. Ia juga mencoba mengoreksi pemahaman tradisional terkait konsep dar al-harb dan dar al-Islam, mengusulkan interpretasi yang lebih kontekstual dan sesuai dengan realitas zaman sekarang.

Selain itu, Tariq Ramadan menunjukkan sikap kritis terhadap radikalisme, menolak interpretasi agama yang sempit dan dogmatis. Pandangannya yang moderat, toleran, dan berbasis pada dialog antarbudaya mencerminkan upayanya dalam mempromosikan Islam yang seimbang dan damai. Ramadan mendorong pendekatan holistik dalam pendidikan untuk mencegah penyebaran ideologi radikal di kalangan umat Muslim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun