Dersansari, 15 Agustus 2025- Dalam rangka meningkatkan kreativitas siswa SD yang berhubungan dengan alam, KKN MIT Ke-0 posko 117 UIN Walisongo Semarang yang dibimbing langsung oleh Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Heni Yuningrum, S.E., M.Si. dari Divisi Pendidikan dan Keagamaan yang bernama Robiyatul Adawiyah dan Fairuz Zuhriya Milabana dari prodi Pendidikan Agama Islam dan dibantu oleh beberapa rekan seperti Salma Audrya (FSH), Maria Ulfah (FITK) dan Nela Oktafia (FSH) mengadakan pelatihan pembuatan Ecoprint.
Pelatihan ini berlangsung di SD N Dersansari 02 pada hari Jum'at 15 Agustus 2025 yang dihadiri oleh 7 siswa kelas 6 SD. Kegiatan ini berlangsung di ruang kelas sekolah tersebut menghadirkan suasana yang semarak dan penuh semangat belajar. Para mahasiswa dengan antusias membimbing siswa mengenal lebih dekat konsep dasar ecoprint, yakni teknik mencetak motif dari dedaunan dan bunga ke atas kain menggunakan metode alami. Daun-daun tersebut kemudian ditempelkan pada kain, dipukul hingga pigmennya keluar. Media yang digunakan adalah totebag kanvas yang ramah lingkungan, bukan hanya sebagai sarana praktik, tetapi juga sebagai simbol keberlanjutan dalam penggunaan produk sehari-hari.
Sebelum praktik dimulai, siswa diberikan pengantar materi mengenai jenis-jenis daun lokal yang bisa digunakan dalam ecoprint, seperti daun jati, daun pepaya, daun kenikir, dan bunga telang ungu. Mereka diajak untuk mengamati langsung bentuk, tekstur, serta warna daun yang memengaruhi hasil visual cetakan. Pendekatan ini tidak hanya memperkenalkan teknik seni, tetapi juga memperdalam pemahaman tentang keanekaragaman hayati di sekitar mereka.Â
Pelatihan pembuatan Ecoprint ini lahir dari keresahan terhadap menurunnya kesadaran generasi muda terhadap potensi alam sekitar. Kami ingin menghadirkan pengalaman belajar yang menyenangkan sekaligus bermakna. Lewat ecoprint, siswa bisa bereksperimen, belajar mengenal lingkungan, dan mempraktikkan nilai-nilai keberlanjutan.
Tidak hanya sekadar mencetak, kegiatan ini juga menumbuhkan kreativitas siswa dalam memadukan warna dan pola alami, serta memperkuat kerja sama tim dalam proses pembuatan. Siswa dibebaskan mengekspresikan diri dalam karya mereka, menjadikan setiap totebag hasil akhir sebagai karya yang unik dan menarik.
Antusiasme siswa terlihat jelas sepanjang kegiatan berlangsung. Beberapa siswa bahkan mengaku baru pertama kali mengetahui bahwa daun bisa dijadikan bahan utama dalam seni cetak. Hal ini diperkuat oleh ungkapan Risma siswi kelas 6 yang menyatakan, "Aku baru tahu lho Kak, kalau daun bisa dipakai untuk menghias kain. Hasilnya juga bagus sekali, jadi pengin bikin lagi di rumah," ujarnya dengan antusias.
Siswa lain, Â Arfan, juga menambahkan, "Seru sekali Kak, apalagi waktu memukul daun di kain. Rasanya seperti main, tapi ternyata bisa menghasilkan karya yang indah."
Pelatihan ini  tidak hanya meninggalkan hasil karya totebag sebagai produk akhir, tetapi juga membawa dampak edukatif yang lebih luas. Nilai-nilai seperti kepedulian terhadap alam, kesadaran akan pemanfaatan sumber daya lokal, dan pentingnya kreativitas dalam menghadapi tantangan masa depan berhasil ditanamkan dengan cara yang menyenangkan dan aplikatif.