Kegiatan kunjungan ini juga memperlihatkan bagaimana kampus bisa menjadi jembatan pengetahuan, yaitu bagaimana pengelolaan bisnis yang didapat di bangku kuliah dapat diterapkan untuk meningkatkan usaha lokal.
"Harapannya, mahasiswa bisa membantu mempromosikan usaha jamur ini lewat media sosial, agar lebih dikenal luas dan bisa meningkatkan penjualan," ujar Sutrisno, pemilik usaha jamur tiram di Desa Derekan.
Pernyataan tersebut menegaskan bahwa masyarakat berharap bukan hanya tenaga, tetapi juga ide-ide segar dari para mahasiswa.
Belajar dari Desa, untuk Indonesia
Sebagai pengamat, saya menilai bahwa kunjungan semacam ini harus lebih sering dilakukan, bukan hanya di Derekan, tetapi di banyak desa lain. Desa adalah laboratorium sosial-ekonomi yang nyata, tempat mahasiswa bisa belajar.
Kegiatan ini memberi pelajaran bahwa KKN bukan sekadar "pengabdian masyarakat" yang sifatnya simbolis, melainkan kerja bersama untuk membangun ekosistem ekonomi desa yang berkelanjutan.
Seperti kata salah satu mahasiswa, Ellya, selaku koordinator devisi kewirausahaan "Kami tidak hanya berkunjung, tapi juga ingin membantu mencarikan strategi pemasaran agar jamur tiram Derekan bisa lebih dikenal."
Kutipan ini menutup opini saya dengan optimisme. Bahwa dari kunjungan sederhana ke kumbung jamur, lahir semangat besar untuk membangun desa dengan cara baru: kolaborasi, inovasi, dan saling belajar.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI