Mohon tunggu...
Kiwi Aliwarga
Kiwi Aliwarga Mohon Tunggu... Insinyur - relentless pursuit of excellence!

Inovator, startup builder. Founder of UMG.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Tentang Palawija dan Industri Alsintan Lokal (Surat Terbuka untuk Para Capres dan Cawapres)

9 Oktober 2023   13:21 Diperbarui: 9 Oktober 2023   13:27 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ragam Palawija (dok pertanian.sultengprov.go.id)

Selain itu menanam palawija juga dinilai berguna untuk menjaga kesuburan tanah dengan menstabilkan tingkat pH atau keasaman tanah. Hal ini dilakukan agar tanah dapat menghasilkan produk pangan yang lebih banyak dengan kualitas terbaik. keniscayaan, menanam tanaman palawija dapat membantu kecukupan pangan bagi masyarakat Indonesia. Apalagi jika budaya konsumsi bangsa dialihkan secara suka ria sehingga bisa menekan konsumsi nasi secara signifikan.

Palawija banyak mengandung aspek kebudayaan dan indigenous, sudah selayaknya mendapatkan reinventing dan pengembangan produksi secara besar-besaran oleh pemerintahan hasil Pemilu 2024 mendatang. Baik menanam palawija di pekarangan penduduk, sebagai tumpang sari di hutan industri atau membuka lahan-lahan baru yang luas ( food estate ) untuk tanaman palawija.

Budaya memuliakan dan mengembangkan palawija harus menjadi perhatian utama. Namun begitu ada masalah yang menghadang dalam usaha budidaya palawija secara ajek dan jumlahnya besar-besaran. Masalah yang menghadang antara lain belum tersedianya benih palawija dan masalah alat dan mesin pertanian (alsintan). Dunia sudah diwarnai dengan penggunaan alsintan modern yang menggunakan teknologi tinggi seperti IoT, drone dan teknologi mekanisasi pertanian yang serba otomatis.

Sayangnya kondisi pertanian Indonesia saat ini masih dihimpit dengan masalah alsintan yang kurang memadai. Ironisnya kebutuhan alsintan sebagian besar masih harus diimpor karena harganya lebih murah. Kenapa lebih murah, yah karena Indonesia belum membangun Industri dasarnya dengan jumlah yang cukup. Besi, alumunium, dan perkakas (tools) masih impor sehingga para pengusaha lokal dan para inovator alsintan kesulitan memproduksi dan menjual ke pasar.

Sudah saatnya kita melihat permasalahan dari hollistic approach. Kita harus membangun industri dasar dan ekosistem pendukung suatu industri dari hulu ke hilir dengan prioritas. SDM saja nggak cukup, skills saja juga nggak cukup. Dibutuhkan raw material yang bisa competitive.

Dibutuhkan juga policy pemerintah yang melindungi UMKM secara bertahap hingga ekosistem industrinya menjadi kuat. Ada beberapa yang mulai berkembang seperti di ekosistem industri automotive tapi masih terbatas.

SDM dan pendidikan di universitas kita sudah cukup untuk berinovasi alsintan. Yang perlu ditingkatkan adalah supply raw material yg terjangkau sehingga bisa competitive. Limited protection dan keharusan membeli, penerapan e Catalog dengan TKDN sudah dijalan yang benar.

Sebagai startup builder, UMG telah berinovasi membuat  alsintan berbasis teknologi 4.0 untuk  para petani dan startup agribisnis (dokpri)
Sebagai startup builder, UMG telah berinovasi membuat  alsintan berbasis teknologi 4.0 untuk  para petani dan startup agribisnis (dokpri)

Insentif untuk Industri Alsintan Lokal

Presiden Joko Widodo pernah mengungkapkan adanya kementerian dan lembaga yang membeli pacul atau cangkul dari luar negeri alias impor. Mestinya produk tersebut bisa diproduksi dari usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dalam negeri. Presiden menegaskan bahwa sangat keterlaluan jika mengandalkan barang impor.

Selain cangkul masih banyak jenis perkakas impor yang membanjiri negeri ini. Perkakas atau alat untuk kerja pertanian, pertukangan, pengerjaan bangunan dan kelistrikan sangat penting untuk menggenjot produktivitas bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun