Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Perlukah Kumpul Kebo untuk Mengenal Pasangan Sebelum Menikah?

7 Desember 2022   14:18 Diperbarui: 7 Desember 2022   14:38 2076
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan tinggal di bawah atap bangunan yang sama, tanpa janji setia pernikahan, mereka merasa bisa terhindar dari risiko kehancuran rumah tangga. Sebab, dalam hubungan kumpul kebo, tidak ada istilah cerai. Mereka hanya akan mengenal kata putus–seperti hubungan pacaran–kalau sudah merasa tak cocok lagi untuk hidup seatap dengan pasangannya.

Agar memudahkan kita guna memahami kumpul kebo dari perspektif pelaku, saya mewawancarai cewek asal Jogja bernama Mawar–nama samaran. Sepanjang kisah asmaranya, dia mengaku, sudah tiga kali menjalani kohabitasi dengan tiga cowok yang berbeda.

Kohabitasi, menurutnya, adalah sebuah medium untuk memahami sisi personal pasangan yang amat sulit terlihat dalam hubungan konvensional. Dengan hidup seatap, dia ingin mengenal karakter dan kebiasaan pasangan dalam keseharian.

Paling lama, cewek 24 tahun ini pernah menjalin kohabitasi dengan kekasihnya selama empat tahun. Adapun hubungan kohabitasi dengan cowok kedua, hanya berjalan selama dua tahun. Selama satu tahun belakangan, dia juga hidup seatap di sebuah kos eksklusif dengan seorang cowok yang akan menikahinya.

Meski sudah menjalin kohabitasi dengan cowok pertama selama empat tahun, tak semerta-merta membuat hubungannya berakhir di pelaminan. Kisah asmaranya kandas lantaran sang kekasih kedapatan menghianati cintanya. Ya, selingkuh.

Agaknya memang sangat sulit unuk tak melibatkan aktivitas skidapapap dalam pola hubungan kohabitasi kendati para pelakunya acapkali mengatakan bahwa kumpul kebo bukan soal aktivitas seks. Mawar sendiri pun mengaku, dia telah berhubungan badan dengan kekasihnya yang pernah tinggal seatap dengannya.

Kohabitasi Bukan Solusi

Secara bahasa, meskipun bernama kebo, sejatinya kohabitasi tak ada kaitan sama sekali dengan kerbau. Pola hubungan itu sudah dikenal sejak era kolonial Belanda, yang awalnya disebut koempoel gebouw.

Dalam kaidah Belanda, gebouw bermakna rumah atau bangunan. Jadi, arti koempoel gebouw adalah berkumpul di bawah satu atap bangunan. Dengan lidah Indonesia, artikulasi gebouw berubah menjadi kebo.

Istilah kumpul kebo lazimnya digunakan saat dua orang yang tidak terikat jalinan pernikahan, hidup bersama serta terlibat dalam ikatan hubungan romantis/intim. Pola hubungan itu umumnya melibatkan aktivitas seksual dalam jangka panjang, terlepas pelakunya memiliki niat untuk menikah atau tidak.

Lalu, apakah kumpul kebo bisa menjadi solusi untuk menekan risiko perceraian atau setidaknya bisa menjadi cara yang ampuh untuk mengenal pasangan lebih mendalam?

Mayoritas orang dewasa muda percaya bahwa kohabitasi adalah cara yang baik untuk menguji serta mengukur kualitas pasangan sehingga akan meningkatkan stabilitas pernikahannya kelak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun