Bumi, bagi keduanya, itu ajaib, misterius, seksi, menggairahkan, dan tak terduga. Ia merupakan sosok kekasih yang fantastis dan mereka tidak mampu hidup tanpanya. Mereka akan merasa tersakiti saat melihat bumi tengah menderita.
Para penganut ekoseksual melakukan hal-hal yang biasa dilakukan pasangan lain soal cinta dan seks. Para ekoseksual dapat bercinta dengan memeluk pohon atau sekadar berguling-guling di atas tanah, mencium, bahkan menjilati bunga-bunga di kebun. Mereka mengaku bisa mencapai "puncak" ketika melakukan gerakan-gerakan absurd semacam itu.
Para penganut ekoseksual percaya, berhubungan intim dengan alam bisa memunculkan rasa saling melindungi, sama halnya rasa cinta di antara dua insan yang saling mencintai. Dengan begitu, alam juga akan menyayangi dan melindungi diri mereka dari kehancuran.
Menurut Jennifer Reed, sosiolog di University of Nevada, jumlah orang yang mengidentifikasi diri sebagai ekoseksual telah meningkat amat pesat dalam beberapa tahun terakhir.
Data pencarian Google mengkonfirmasi bahwa minat terhadap ekoseksualitas melonjak secara dramatis dalam kurun periode yang sama. Saat ini, sudah ada lebih dari 100.000 individu yang mengidentifikasi diri sebagai seorang ekoseksual di seluruh dunia.
Pertumbuhan menonjol gerakan itu tak lain adalah berkat upaya Annie dan Elizabeth yang menjadikan ekoseksualitas sebagai "perang suci". Selain lewat aksi teatrikal, keduanya bahkan telah menerbitkan "manifesto ecosex" serta membuat beberapa film dengan tema tersebut. Misalnya, film dokumenter berjudul "Goodbye Gauley Mountain: An Ecosexual Love Story".
Selain sebagai gaya hidup, Annie dan Elizabeth mengidentifikasi ekoseksualitas sebagai varian baru identitas seksual seperti biseksual, gay, dll. Mereka berharap penambahan kode huruf "E" pada komunitas "LGBTQI".
Ekoseksualitas berbeda dari aksi sosial lainnya sebab berfokus pada perilaku dan kesenangan pribadi ketimbang gerakan protes atau politik.
Namun, para aktivis ekoseksual mengaku bahwa mereka memiliki tujuan serius di balik semua aksinya. Terbukti, mereka memang sempat melakukan protes keras atas terjadinya eksploitasi alam besar-besaran di wilayahnya masing-masing.
Adapun prinsip "bumi sebagai kekasih" menjadi sebuah langkah awal mereka dalam menyikapi krisis lingkungan secara serius. Apakah nantinya ekoseksualitas bisa menjadi solusi untuk mencegah pemanasan global?
Jadi, gimana, nih? Apa Kamu tertarik juga untuk menjadi salah satu bagian dari kaum ekoseksual?