Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Hasrat Tinggi Naturalisasi, Jalan Pintas Nihil Prestasi

21 Januari 2022   13:31 Diperbarui: 21 Januari 2022   20:05 1643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Singapura, misalnya, sukses menjuarai AFF Cup 2004 atas jasa tiga pemain naturalisasi, Danielle Bennett, Itimi Dickson, serta Agu Casmir. Begitu pula dengan Filipina yang mulai ditakuti berkat materi pemain naturalisasinya.

Adapun Indonesia sendiri sejauh ini ada 35 pemain yang berstatus "impor", baik yang mengajukan secara personal, lewat klub, ataupun program dari PSSI. Mereka berasal dari berbagai benua seperti Asia, Afrika, Amerika, hingga Eropa.

Sayangnya, dari seluruh pemain itu, hanya sedikit yang dipakai dalam skuat timnas Garuda. Itu pun hanya beberapa saja yang bisa dikatakan sukses. Sebut saja Cristian Gonzales, Raphael Maitimo, Stefano Lilipaly, Beto Goncalves, hingga Victor Igbonefo yang servisnya kerap diperlukan pelatih Shin Tae-yong.

Meski bisa mengantarkan timnas hingga ke final, mereka gagal memberikan trofi juara. Timnas Garuda selalu berkutat dengan status spesialis runner-up selama beberapa dekade ini. Artinya, naturalisasi tak menjamin raihan prestasi

Berkaca dari fakta itu, tidak heran jika wacana Shin Tae-yong dan PSSI untuk menaturalisai disambut respons beragam oleh publik. Ada yang pro, tetapi banyak pula yang kontra.

Ada yang menganggap bahwa rencana menaturalisasi pemain akan memupus mimpi para pemain asli Indonesia guna memperkuat timnas bangsanya. Sebagian yang lain menganggap naturalisasi lah satu-satunya jimat untuk mengakhiri kutukan puasa gelar.

Sejumlah nama pemain keturunan telah diajukan pelatih asal Korea Selatan itu, yakni Kevin Diks (FC Copenhagen), Sandy Walsh (KV Mechelen), Mees Hilgers (Twente FC), dan Jordi Amat (KAS Eupen).

Lewat jasa keempat nama itu Shin Tae-yong ingin timnas bisa kembali bersaing dan meraih prestasi. Alasan klasik yang acap dijadikan dasar untuk merengkuh kesuksesan melalui jalur instan. Padahal, juru taktik berusia 51 tahun itu pula yang selama ini mengajarkan prinsip "percaya proses".

Banyaknya pemain naturalisasi yang sama sekali tak pernah dipanggil oleh timnas atau hanya mencatatkan penampilan minim, bisa menjadi pelajaran bagi PSSI dalam mengajukan nama pemain untuk dinaturalisasi.

Hanya mendasarkan kebijakan naturalisasi pada ikatan khusus tentu bukan keputusan yang tepat. Menyikapi hal itu, saya sejalan dengan pendapat dari pengamat sepak bola nasional, Muhammad Kusnaeni.

Dalam menaturalisasi pemain, katanya, PSSI perlu menekankan pada prestasi dan relevansi. Terkait prestasi, ia mengatakan apa yang dilakukan Shin sudah tepat. Kualitas keempat pemain bukan main-main dan telah terbukti di kompetisi Eropa. Adapun terkait relevansi, pemain tersebut harus benar-benar punya hubungan khusus dengan Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun