Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

"Paltering", Sebuah Seni Berbohong dengan Mengatakan Hal Jujur

3 Oktober 2021   13:14 Diperbarui: 12 April 2022   11:24 8993
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang pembohong hidungnya akan menjadi panjang seperti Pinokio. Sumber: Roland Schwerdhöfer/pixabay.com

Orang-orang yang menyadari jika Anda terlalu sering berbohong, pada akhirnya tidak akan lagi mempercayai Anda dan menyematkan predikat "pembohong" pada diri Anda. Mereka mungkin juga akan mengucilkan Anda di lingkungan.

Begitu pula para pejabat dan politisi yang hobi melakukan "paltering". Masyarakat yang terus dibohongi, akan mengalami krisis kepercayaan terhadap figur publik.

Selain mempunyai akibat sosial, ternyata kebiasaan berbohong juga memengaruhi kondisi kesehatan. Kebiasaan berbohong juga bisa meningkatkan risiko gangguan kecemasan, depresi, serta risiko kanker. Selain itu, berbohong juga bisa berisiko menurunkan kualitas hubungan inter-personal serta kepuasan kerja.

Hal itu disebabkan meningkatnya level stres pada seseorang ketika berbohong. Akan muncul beban emosional dan fisik yang dialami oleh seorang pembohong. Apalagi, berbohong sering kali harus diikuti dengan kebohongan berikutnya.

Sebagai orangtua, berhati-hatilah saat berbohong saat Anda sudah pnuya anak. Karena, mereka akan belajar kebiasaan serupa dari orangtua mereka. Saat anak menyadari orangtua sudah berbohong, mereka akab menganggap kebohongan sebagai hal yang diperbolehkan, lantas meniru kebiasaan buruk itu.

Kejujuran tidak selalu menyenangkan. Namun, mendapat suatu kebohongan justru jauh lebih menyakitkan. Kita bisa mengungkapkan hal sebenarnya (jujur) sambil mengupayakan jalan keluar.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun