Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

The Cyborgoal, Kala Mesin Diprogram untuk Mencetak Gol

2 Maret 2021   13:44 Diperbarui: 2 Maret 2021   21:58 2998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Erling Haaland (behance.net/Jemma McQ)

Predikat itu juga berasal dari kelebihan materi genetik tubuh sang striker, yang seakan diprogram untuk "membunuh". Konstruksi fisiologis dan performanya mampu mengintimidasi setiap lawan.

Ketajaman pemain Borussia Dortmund itu memang diperoleh dari kemampuan fisiknya yang melebihi manusia normal. Semasa Haaland masih belia, menurut Steenslid, ia sangat kurus. Meski begitu, ia mempunyai performa fisik luar biasa. Striker berusia 20 tahun itu mempunyai etos kerja tinggi dan wawasan tentang taktik yang sangat mumpuni.

Kecerdasan sang pemain juga ditunjang oleh metabolisme tubuh di atas manusia normal. Massa ototnya naik mencapai 15 kg hanya dalam waktu 15 bulan.

Bekas pelatih Haaland di RB Salszburg, Jesse Marsch, juga mengakui etos kerja tinggi Haaland. Ia pernah memaksanya supaya tidak berlatih terlalu keras demi menghindari cedera. Jika tidak, bintang timnas Norwegia itu bisa cepat "aus".

Karena performanya yang menonjol, ia sering diminta mengisi sesi wawancara. Uniknya, ia menjawab tiap pernyataan dengan singkat. Kebiasaan itu semakin membuatnya seperti mesin sungguhan.

Ia seolah hanya didesain sebatas untuk "membunuh", bukan untuk melayani sesi jumpa pers. Apa mungkin Haaland membutuhkan software updates?

Erling Haaland sang robot. | Twitter @brfootball
Erling Haaland sang robot. | Twitter @brfootball
Dalam salah satu kesempatan ia pernah ditanya apakah dirinya robot. Tanpa ada sedikitpun keraguan Haaland langsung menjawab, "siapa tahu".

Saking kuatnya, tenaga robotnya pernah membuat Joshua Kimmich harus ditandu ke luar lapangan. Pada laga bertajuk Der Klassiker Sepetember 2020 lalu. Kimmich yang gagal dalam menguasai bola, harus "berduel" dengan sang robot. Gelandang timnas Jerman itu melayangkan sebuah tackle keras untuk merebutnya kembali.

Meski berhasil menjegal Haaland, justru Kimmich yang pada akhirnya mengerang kesakitan sembari memegangi lututnya. Sementara Haaland masih tampak santai menggiring bola seolah tidak terjadi apa-apa. Benar-benar cyborg!

Secara fisik, ia lebih cocok jadi "classic number 9" atau seorang "target man". Namun, secara teknis ia amat fleksibel. Selain kedua peran itu, Haland juga bisa bermain dalam berbagai peran, mulai dari false 9, second striker, goal poacher, hingga wide forward.

Apakah fleksibilitasnya memang sengaja didesain untuk merebut peran manusia?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun