Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Berkubang Cantik, Kritik Estetik ala Emak-emak

12 Februari 2021   15:27 Diperbarui: 16 Februari 2021   06:34 2457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ummu Hani tidak segan-segan berpose bak model profesional di kubangan dan jalanan yang terlihat seperti bubur ayam yang diaduk di sekitar lingkungannya.

Awalnya, ia merasa gemas karena jalan-jalan area tempat tinggalnya di Tanjung Bintang, Lampung Selatan, mengalami kerusakan yang aduhai parahnya selama bertahun-tahun. Padahal, jalanan itulah yang menjadi akses penghubung utama daerahnya dengan kota-kota terdekat.

Senada dengan Hani, warga lainnya pun kerap protes karena selain merepotkan, jalanan tersebut berkali-kali memakan korban, termasuk dirinya. Akan tetapi, sayangnya, belum ada tindak lanjut dari pemerintah setempat.

Kotor itu baik. Sebuah jargon kuno yang agaknya dipahami dengan sangat brilian oleh Hani. Bisa jadi dari situ ia memanen inspirasi dalam melakukan ritual protes dengan cara yang amat estetik dan tidak kaleng-kaleng, Bund! Atas inspirasi dari Mak Hani pula artikel konyol ini ditulis.

Aksi berkubang menjadi alternatif bagi warga yang mungkin sudah melakukan berbagai macam upaya, tapi belum juga mendapat respon dari pemerintah. Hal itulah yang lantas dilakukan oleh Hani lantaran keluhan warga yang dia wakili saat itu sama sekali tidak digubris.

Meski terlihat kotor, Hani tak terlihat risih, justru bahkan sangat menikmati. Kapan lagi kan bisa jadi model fesyen profesional dan langsung auto-viral?

Cara itu bisa dibilang cukup efektif buat mencuri perhatian publik dan otoritas yang berwenang. Alih-alih melakukan ujaran kebencian atau tindakan anarkis, ritual protes itu tentu jauh lebih elegan.

Hani bukanlah seseorang yang demen marah-marah atau menebar kebencian. Melalui aksi berkubang, tak ada bahasa verbal yang digunakan sehingga dapat mencegah dirinya terlilit kasus hukum.

"Aku lebih memilih pakai cara jargon sindiran begitu karena aku kurang suka sama ujaran kebencian, dan basic aku suka buat video komedi. Alhamdulillah warga support kami," terang Hani.

Protes estetik. | Facebook Ummu Hani via Kompas.com
Protes estetik. | Facebook Ummu Hani via Kompas.com
Selain berpose ala model majalah fesyen seperti rebahan sambil memegang dahi, pose ngucek baju estetik di lumpur yang dilengkapi dengan properti ember pun ia jabanin. Sebuah ritual protes yang begitu totalitas. Kurang syahdu gimana lagi sih?

Adanya kubangan lumpur di jalan juga menjadi opsi ekonomis nan esetetis bagi warga setempat yang ingin merasakan sensasi berendam di dalam jacuzzi ala kaum crazy rich di resor-resor mewah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun