Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Inferiority Complex, Kala Pribumi Merasa Inferior di Hadapan Warga Negara Asing

19 Januari 2021   16:11 Diperbarui: 22 Januari 2021   01:31 2120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pribumi beserta pasukan Siliwangi diasingkan ke Jawa Tengah akibat Perjanjian Renville. | Brilio.net

Lucunya, dalam kapasitas sebagai pejabat negara sekalipun, inferioritas semacam itu masih kerap ditemukan. Bukan hal yang mengejutkan kala pejabat negeri ini lebih memilih tenaga asing yang mereka nilai lebih "jago" meski ada tenaga lokal yang tak kalah mumpuni. Padahal, justru mereka sendirilah yang selama ini telah mengkampanyekan "revolusi mental".

Oleh sebab itu, sebagai upaya nyata guna membebaskan diri dari berbagai bentuk neo-kolonialisme, revolusi mental perlu dilakukan, baik di level negara maupun individu tanpa pemgecualian.

Dibutukan optimisme yang sangat tinggi bahwa warga negara Indonesia juga bisa melakukan apa yang warga negara asing bisa lakukan dengan sama baiknya atau bahkan jauh lebih baik.

Dalam magnum opus-nya yang bertajuk Beginning Postcolonialism, Peter Barry menyarankan tiga poin krusial bagi para generasi penerus bangsa saat menyikapi kehidupan di era postkolonial.

Salah satunya bisa dilakukan dengan cara membangkitkan kesadaran ilmiah untuk menggemakan penolakan terhadap klaim universal Barat yang cenderung menilai bangsa Timur sebagai irasional, amoral, dan inferior.

Agaknya, kita perlu untuk menyuarakan wacana post-kolonial guna membangun kesadaran masyarakat atas hegemoni kaum penjajah beserta keturunannya.


Di zaman modern, penyuaraan wacana post-kolonial memiliki relevansi logis guna melakukan revolusi mental untuk melawan segala bentuk penjajahan baru yang bersifat ideologis dan simbolik.

Warga negara Indonesia mulai saat ini harus sadar diri sebagai bangsa unggul, kita harus bangga atas identitas kita di dunia internasional. Sejatinya, mereka sama dengan manusia lainnya. Kita tak perlu lagi merasa inferior. Tiga setengah abad sudah sangat melelahkan. Cukup!

Dalam buku bertajuk WNI Dilarang Baca!, Christophe Dorigne-Thomson, tanpa sedikitpun keraguan mengatakan, "Saya yakin Indonesia bisa maju". Optimisme warga negara asing itu seolah tengah menampar akal sehat kita sebagai WNI.

Seorang bule Prancis-Inggris saja bisa optimis. Kenapa kita yang warga negara Indonesia sendiri malah sering pesimis dan merasa inferior?

Sudah saatnya kita semua melenyapkan mental inferior warisan era penjajahan dan menjadi TUAN di negeri sendiri!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun