Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Skenario Ini yang Terjadi Jika PSBB Diterapkan oleh Soeharto

1 Juni 2020   11:04 Diperbarui: 1 Juni 2020   11:23 1859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The Smiling General Soeharto | diolah dari tribunnews.com

"Piye kabare? Iseh penak jamanku toh?"
"Sae Mbah. Matur suwun, cekap sepisan mawon."

"Baik Mbah. Terima kasih, cukup sekali saja." Itulah jawaban yang muncul di benak saya setiap kali adagium yang lekat dengan sosok The Smiling General menyeruak.

Dalam artikel ini saya tidak akan membahas enak atau tidak enak karena itu relatif. Lagi pula waktu beliau masih gagah-gagahnya berkuasa, saya belum terlahir di dunia yang fana ini. Sehingga tidak patut--ora ilok dalam bahasa Jawa--apabila saya langsung mendiskreditkan beliau, bisa-bisa kualat.

Namun untuk mewakilinya, berdasarkan survei oleh Indo Barometer tahun 2018, Soeharto menempati posisi pertama sebagai presiden paling enak (baca: berhasil), kemudian disusul Soekarno dan Jokowi di posisi kedua dan ketiga.

Survei yang melibatkan 1.200 responden dari 34 provinsi di Indonesia tersebut juga menunjukkan aspek ekonomi dan sosial sebagai parameter dari keberhasilan Soeharto menempati posisi pertama.

Dalam survei tersebut Indo Barometer memberikan catatan bahwa, hasil survei hanya sebatas persepsi masyarakat, karena bisa saja sebagian responden tidak mengalami masa pemerintahan Orba (Orde Baru).

Lebih sederhananya, saya akan meminjam istilah dari Gus Dur yang menyebut "Soeharto itu jasanya besar, tetapi dosanya juga besar." Secara garis besar bisa diartikan bahwa, zaman Orba itu enak dan tidak enak dalam waktu bersamaan.

Setelah tumbangnya rezim Orba, tepatnya 22 tahun kemudian, Indonesia dilanda pandemi Covid-19 yang melumpuhkan segala sendi kehidupan. Tak satupun aspek di Negeri ini yang bisa luput dari ekses virus yang hanya berukuran 0,06 mikron tersebut.

Agaknya sulit dibayangkan jika pandemi yang sama melanda Indonesia pada saat itu. Namun kita bisa menerka-nerka bagaimana cara mantan presiden Indonesia yang ke-2 untuk menyikapi penyebaran Covid-19 melalui kebijakan pembatasan sosial skala besar (PSBB).

PSBB ialah Pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi penyakit dan/atau terkontaminasi sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran penyakit atau kontaminasi.

Tak bisa dipungkiri, hingga hari ini tingkat kepatuhan masyarakat masih sangat rendah. Itu dibuktikan dengan terus bertambahnya angka positif Covid-19, meskipun aturan PSBB telah lama diberlakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun