Mohon tunggu...
IHSAN MUGHNI HIDAYAT
IHSAN MUGHNI HIDAYAT Mohon Tunggu... Buruh - .

-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Demonstrasi Pelajar, Bersubstansi atau Hanya Eksistensi

2 Oktober 2019   08:05 Diperbarui: 2 Oktober 2019   14:46 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Belajar adalah proses mencari ilmu dimanapun dan kapanpun dan pelajar adalah pelakunya. Menurut Sinolungan (1997), mengemukakan bahwa pengertian pelajar secara luas adalah "setiap orang yang terlibat dengan proses pendidikan untuk memperoleh pengetahuan sepanjang hidupnya. Sedangkan dalam arti sempit, pengertian pelajar adalah setiap siswa yang belajar di sekolah". Kita sempitkan dulu pengertian pelajar disini adalah dia yang sedang belajar di sekolah formal.

Kalau kita berbicara pelajar tentu tidak jauh dari kata sekolah , tapi apakah sekolah itu ? Kata sekolah berasal dari Bahasa Latin: skhole, scola, scolae atau skhola yang memiliki arti: waktu luang atau waktu senggang. Waktu itu sekolah adalah waktu luang dan kegiatan utama mereka adalah bermain, tapi apa kabar pelajar dan sekolah hari ini ? menurut data dari unesco tingkat membaca pelajar di indonesia menempati posisi ke-2 terakhir di dunia pada tahun 2012 , artinya kualitas pelajar kita masih kurang baik dibadingkan negara-negara lain, entah itu karena faktor sekolah, lingkungan atau sistem pendidikan kita yang salah.

Disini kita tidak akan membicarakan siapa yang salah dan benar perihal itu , tapi apakah demonstrasi pelajar kemarin yang dilakukan di depan gedung DPR adalah sebuah progress ? apakah faktor yang mempengaruhi mereka untuk ikut demonstrasi ? apakah kegiatan sekolah mereka kurang menyenangkan sehingga mereka mencari kreasi dan rekreasi diluar sekolah ? Izza Ahsin dalam bukunya Dunia Tanpa Sekolah (2007) mengatakan bahwa "Sekolah terlalu memaksa seseorang untuk bisa semua pelajaran" juga menurut Freire dalam buku Pendidikan Kaum Tertindas (1985) "Sekolah mengkebiri kemampuan seseorang berkreasi dan berekreasi" menurut saya perkataan itu masih relevan dengan keadaan sekolah kita saat ini sehingga potensi-potensi mereka kurang berkembang dengan baik di sekolah, alhasil mereka harus mengembangkanya diluar sekolah.

Dalam wawancara yang dilakukan liputan 6 kepada salah seorang pelajar  "Lagi aneh bangetnya RKUHP, masa pengemis suruh bayar denda,"ucapnya. Artinya dari mereka ada yang sadar dan membaca keadaan politik kita saat ini, seehingga ini menunjukan perkembangan jiwa kritis dikalangan pelajar.

Menurut saya Ini adalah sebuah dinaminasi pendidikan kita meskipun tidak banyak juga dari mereka yang ikut demo hanya ikut-ikutan bahkan cenderung anarkis atau hanya untuk eksistensi sekedar membuat story di media sosial mereka, tapi saya tidak akan berbicara perbuatan mereka benar atau salah , dalam sudut pandang pendidikan  ini bisa menjadi awal kesadaran mereka bahwa belajar tidak hanya dilakukan disekolah bahkan di jalanpun bisa, tapi dengan catatan harus juga didasari dengan mengkaji isu yang ada dalam menyuarakan pendapat mereka.

Terlepas demonstrasi pelajar Bersubstansi atau hanya Bereksistensi , dengan mereka sadar bahwa mereka juga berhak menyuaran aspirasi dan pendapatnya sehingga menjadikan mereka lebih kritis atas keadaan yang sedang terjadi dan mengetahui apa makna pelajar itu bisa menjadi titik awal kemajuan pendidikan pelajar kita saat ini. Wallahu'alam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun