Mohon tunggu...
Tony Mardianto
Tony Mardianto Mohon Tunggu... -

Saya hanya seorang rakyat pinggiran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jusuf Kalla: Yoyo dari Megawati

13 Maret 2009   17:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   20:17 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Yoyo merupakan salah satu jenis permainan traditional yang belakangan ini menjadi sangat terkenal. Bukan karena sangat disukai anak-anak tetapi karena diangkat kembali oleh orang no 1 di PDI-P. Megawati menggunakan yoyo sebagai ibarat dalam mengkritik pemerintahan SBY-JK.

Perkataan yoyo yang semula kita anggap sebagai ungkapan spontanitas dari Puteri Bung Karno, ternyata memiliki makna yang dalam dan dapat disebut sebagai strategi perjuangan PDI-P, khususnya dalam upaya menarik Golkar dan JK dalam sebuah koalisi. Untuk mendekatkan permasalahan ini maka penulis coba membedah apa sebenarnya permainan yoyo itu.

Permainan Yoyo terbagi dari unsur : Pemain dan yoyo itu sendiri. Hubungan diantara keduanya tersambung lewat seutas benang yang mengikat yoyo dan jari si pemain.

Cara bermain yoyo terbagi dalam 3 gerakan:


  1. Melempar yoyo
  2. Menarik Yoyo
  3. Menangkap yoyo.

Setelah kita mengetahui berbagai unsur dari permainan yoyo maka kita coba tarik filosofinya:

Yoyo: Dalam hal ini saya memandang JK dan Golkar bagaikan sebuah yoyo.

Pemain: Megawati (PDI-P) memegang posisi sebagai pemaindalam permainan yoyo

Benang: Saya mengidentikkan benang sebagai sebuah keinginan berkuasa. Hasrat ingin berkuasa inilah yang menjadi pengikat antara JK (Golkar) dan Megawati (PDI-P) bagaikan terikatnya yoyo dengan si pemain.

Bila unsur permainan yoyo telah kita kupas maka tinggal bagaimana kita mempelajari cara bermain yoyo berkaitan dengan koalisi yang mengejutkan antara Megawati dan JK.

Melempar yoyo: Proses ini ditandai dengan pelemparan kritik-kritik pedas Megawati terhadap duet SBY-JK. Hal ini perlu dilakukan untuk menimbulkan perasaan tidak nyaman serta kuatir dihati JK (Golkar) bila terus berdampingan dengan SBY (Demokrat).

Menarik yoyo: Identik dengan menarik JK dari sisi SBY. Setelah dipandang timbul keresahan di hati JK (Golkar) atas kelangsungan duetnya dengan SBY (Demokrat) maka secara samar Megawati memberi lampu kuning terjadinya koalisi 2 partai besar ini. Titik puncak strategi ini adalah menarik JK dari samping SBY. Hal ini secara tegas nampak setelah adanya pernyataan JK untuk maju sebagai Capres 2009. Sekali lagi strategi bermain yoyo tahap ke2 berhasil sempurna.

Menangkap yoyo: Adanya pertemuan JK dan Megawati yang secara formal disebut membuat perjanjian kerjasama untuk menguatkan kondisi bangsasangat identik dengan tahap ke3 permainan yoyo yaitu menangkap yoyo oleh si pemain. JK telah tertangkap dalam permainan ini. Kunci dari tahapan ini adalah kemampuan serta kejituan dari si pemain untuk melihat kemana larinya yoyo dan bagaimana cara menangkapnya. Ternyata Megawati sangat menguasai permainan ini.

Harapan terbesar Megawati tentu akan menjadikan JK (Golkar) sebagai jembatan menuju RI 1 dan menjadikan JK sebagai RI 2. Satu hal yang dilupakan oleh Megawati adalah kenyataan bahwa JK bukan “anak kemarin sore” dalam dunia politik. Membaca kondisi ini penulis jadi teringat pengalaman penulis bermain yoyo di masa kecil. Akibat salah perhitungan dalam menangkap yoyo, bukan yoyo yang dapat penulis tangkap tapi justru kepala penulis yang benjol akibat terhantam yoyo yang penulis mainkan. Akankah Megawati mengalami nasib seperti penulis? Pemilu 2009 akan membuktikan. Akankah terjadi duet Mega-JK atau justru berbalik menjadi JK-Mega, dan yang lebih fatal lagi adalah terjadinya duet Jusuf Kalla-Surya Paloh.

Tertarik akan dampak keberhasilan “strategi yoyo” yang dimainkan oleh Megawati, maka seharusnya SBY tidak tinggal diam. Koalisi Golkar-PDI-P merupakan ancaman yang tidak ringan bahkan boleh dikatakan sangat menjepit posisi Demokrat dan SBY. Perhitungan yang tepat serta bergerak cepat merupakan solusi satu-satunya bagi SBY (Demokrat) untuk membendung arus koalisi Mega-JK.

Bila Megawati bermain yoyo maka seharusnya SBY bermain “Sandal Raksasa.” Kita semua tentu masih ingat dengan permainan yang satu ini. Sandal raksasa adalah jenis permainan dimana sebuah sandal berukuran sangat besar dipakai oleh beberapa orang secara bersama-sama. Kunci permainan ini adalah adanya kesamaan gerakan antara kaki kiri dan kaki kanan setiap orang yang membonceng dalam sandal raksasa. Apabila kunci ini dapat dijalankan dengan baik maka team tersebut akan mencapai finish dengan cepat, tetapi sebaliknya bila terjadi ketidak kompakan dari salah satu anggota team maka sandal akan sulit bergerak dan yang lebih fatal semua personil team akan terjatuh.

Maksud yang terkandung di dalamnya adalah sudah saatnya SBY merintis koalisi dengan beberapa partai, termasuk di dalamnya partai kecil. Kumpulan Partai kecil pada akhirnya akan mampu menjadi arus besar guna menandingi arus yang diciptakan oleh koalisi Mega-JK. Walau demikian dampak sebuah koalisi multi partai yang cenderung rawan perpecahan patut menjadi perhatian serta antisipasi khusus dari SBY dan Demokrat.

Bila semua Capres kembali ke permainan masa kecilnya, lalu bagaimana dengan Sultan HB X, apakah beliau akan turut bermain? Ya tentu saja Sri Sultan tidak mau ketinggalan dalam permainan yang penuh nostalgia ini. Hanya saja dalam hal ini Sri Sultan HB X memilih permainan “Gasing.” Dengan Golkar berperan sebagai “Pemain” dan Sri Sultan HB X menjadi “Gasing.” Sama dengan permainan yoyo benang sebagai perlambang hasrat berkuasa tetap menjadi media pengikat antara si gasing dan pemain. Dan laksana sebuah gasing pada awalnya Sri Sultan diikat oleh Golkar dalam penjaringan Capres dari Golkar. Tetapi dengan majunya sang Ketua Umum Partai Golkar (JK) maka posisi Sri Sultan persis bagaikan gasing yang dilempar dan lepas dari sang tali. Tinggallah sang gasing berputar kesana kemari tanpa arah yang pasti. Dan jawaban akhirnya adalah gerakan sang gasing semakin lemah dan akhirnya roboh. Begitulah evaluasi penulis melihat perjalanan Sri Sultan HB X menuju kursi RI 1.

Aneh tapi nyata, permainan yoyo, sandal raksasa dan gasing yang nyaris punah kini kembali dalam wujud yang berbeda. Dari sebuah permainan anak kecil berubah menjadi strategi para Capres 2009.

 

Salam: Tony Mardianto

 

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun