Mohon tunggu...
Kiroi Senco
Kiroi Senco Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mendekati Pemilu, Hati-hati Propaganda Media.

5 April 2019   14:30 Diperbarui: 5 April 2019   14:33 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

"Sepanjang tahun 1930-an, banyak kaum elite sosial, terutama mahasiswa dari universitas terkemuka, menerapkan visi Lasswel mengenai pengetahuan sosial dan sistem kepemimpinan yang benar. Mereka yakin bahwa ilmu alam dan ilmu sosial adalah kunci untuk memerangi totaliter dan mempertahankan demokrasi. Sebagai contoh adalah gagasan Laswell yang mendominasi perhatian para akademisi dan opini dari para pemimpin, termasuk salah satu pembuat opini yang paling berpengaruh---Walter Lippmann, seorang kolumnis sindikat New York Times."

Mengenai propaganda, atau istilah lainnya yang sederhana adalah pengaruh. Alih-alih mengenai negara kita yang akan hendak melaksanakan acara pemilu serempak pada 19 April 2019 mendatang, masyarakat perlu exstra hati-hati dengan berbagai macam isu yang diberitakan oleh media. Baik itu hal berita, maupun sekadar opini publik.

Masyarakat harus cermat dalam memahami setiap informasi yang masuk, apapun itu. Karena pada kondisi seperti inilah suatu negara memiliki sebuah celah. Ketika para pendukung fanatik yang berbeda kubu, mereka boleh-boleh saja menebarkan keunggulan pihak yang mereka dukung. Asal, yang disampaikan memiliki suatu data dan fakta, memiliki suatu kebenaran---yang bukan sekadar "pembenaran".

Seperti kutipan di atas, yang diambil dari buku yang ditulis oleh Stanley J.Baran dan Dennis K. Davis, berjudul Teori Komunikasi Massa, yang sudah dicetak pada edisi ke lima. Di dalam buku tersebut yang menjelaskan tentang teori pembentukan opini publik oleh Walter Lippman, disana juga menerangkan Lippman yang saat itu menyampaikan keraguan Laswell mengenai kemampuan kebanyakan masyarakat untuk memahami lingkungan sosial mereka, dan membuat keputusan rasional terhadap tindakan mereka.

Lalu, pada sebuah Public Opinion (1992), Lippman mengemukakan perbedaan antara "dunia luar dengan gambaran di benak masyarakat". Oleh karena perbedaan ini tidak terelakkan, Lippman pun meragukan bahwa sebagian besar masyarakat hanya akan mampu mengontrol diri mereka sebagaimana yang dinyatakan oleh aliran demokrat klasik. Seperti ketika saat tahun 1930-an, yang merupakan tahun yang sangat kompleks, ketika kekuatan politik sangat berbahaya. Ketika itu masyarakat tidak dapat belajar sepenuhnya dari media untuk mengerti semua hal.

Apalagi masa sekarang, yang dapat dikatakan sebagai era dimana yellow journalism (sebuah berita yang asal ditulis demi mendapatkan sebuah keuntungan, tanpa peduli meskipun menimbulkan pengaruh buruk), ini seolah telah lahir kembali. Khususnya terutama media-media online, yang siapapun dapat dengan mudah menulis disana, dan minimnya proses seleksi kelayakan muatnya. Lalu bagaimana jika ada suatu pihak yang usil akan melakukan suatu tindakan demi mendapatkan suatu keuntungan, tidak peduli dampak dari apa yang dilakukan. Berita-berita Hoax misalnya, hampir setiap saat masyarakat harus memerangi informasi tersebut, meskipun itu sudah menjadi sebuah hal yang lumrah.

Apa yang dapat dilakukan dalam demokrasi jika tidak mempercayai masyarakat itu sendiri untuk memilah-milah informasi. Lippman saat itu pun yang bekerja sebagai penulis berita di sebuah surat, kredibilitasnya terpengaruh untuk menjadi pesimisme. Sebab Lippman yakin, bahwa propaganda akan menjadi semacam tantangan yang keras sehingga membutuhkan perubahan drastis dalam sistem politik. Publik sangat rentan terhadap propaganda, sehingga sejumlah mekanisme dan lembaga perlu melindungi mereka.

Bukan berstigma negatif pada media, akan tetapi semuanya kembali lagi kepada masyarakat. Pentingnya bagi masyarakat untuk tidak terlalu fanatik pada pihak yang mereka dukung, di situasi pemilu saat ini. Masyarakat pun juga yang harus kembali memilah-milah sendiri segala informasi yang diberitakan media, dan harus selalu mencari kebenarannya. Akan menjadi masalah apabila masyarakat enggan mempelajari dan hanya sekadar mendukung, karena telah terpengaruh oleh informasi-informasi yang tidak mereka pahami dulu kebenarannya.

Tentu ini akan menjadi perpecahan, bila banyak di antara kedua kubu saling hanya sekadar mendukung. Tidak menutup kemungkinan, perpecahan pasti akan selalu berlanjut meskipun 19 April mendatang sudah lewat.

Kemudian jika hal tersebut sudah terlanjur terjadi, mumpung belum parah, pentingnya untuk mempelajari sebuah kesimpulan yang pernah di simpulkan Laswell berikut, "kontrol harus diletakkan terhadap kumpulan informasi di tangan penguasa yang baik dan terdidik---kaum elite terdidik---yang dipercaya mampu untuk membedakan hal yang nyata dengan hal yang fiktif dengan metode ilmiah, agar dapat membuat suatu keputusan yang tepat saat merasakan atau menerima informasi yang bersifat propaganda".

Oleh : Alfaro Rico, Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun