Mohon tunggu...
kingkin kts
kingkin kts Mohon Tunggu... Akuntan - antropogenik

Seorang akuntan biasa yang tiap sore pulang ke Pamulang. Selain bergelut dengan transaksi, saya adalah penikmat seni, humaniora, dan pelahap Mie Ayam yang sedang merindukan kampung halaman Jogja Lantai Dua (Gunungkidul)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pergi Berwisata untuk Mencintai Alam? Tidak Juga Benar!

1 Oktober 2019   14:51 Diperbarui: 1 Oktober 2019   15:11 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

DISCLAIMER: Tulisan ini mengambil sudut pandang lingkungan, jadi mengecualikan peran pertumbuhan ekonomi dan bisnis objek wisata Tawangmangu hanya sebagai sampel.

***

Mungkin kamu pernah mengalami, nafsu liar untuk segera pergi berlibur kumat lagi karena melihat kumpulan foto-foto liburan teman kamu berseliweran di feed Instagram dengan caption yang menyitir quotes folk terkini. 

Foto-foto lanskap gunung-gunung atau panorama alam lainnya tiba-tiba dengan menyebalkan muncul lewat push notification di Facebook, Instagram, dan medsos lain sering membuat bangun tidur pagimu jadi tidak mengenakkan disaat kamu masih harus dikejar waktu untuk bekerja mencari dana.  Hal tersebut memang membuat kamu ingin segera meluangkan waktu untuk cuti, tapi jangan gelisah, terkadang langkah kamu tetap berdiam diri di kota bisa jadi adalah keputusan terbaik.

Fenomena "kurang piknik" menjadi penyakit jenis baru yang menjangkit rakyat Indonesia. Ketika kamu sedang  pusing karena kerjaan ataupun sedang galau, beberapa orang lain sering menanggapi dengan nada satire, "kamu kurang piknik bro," atau "dolanmu kurang adoh" yang artinya adalah, "mainmu kurang jauh." Tak jarang beberapa teman yang mengaku bijak, meresonansikan nada-nada menyindir kamu dengan kalimat "Ayolah bro main, kalau kurang piknik jangan hanya nge-mall tapi sekali-kali main ke gunung biar lebih mencintai alam Indonesia." Mencintai alam dengan piknik mengunjungi alam itu?

Banyak kegiatan paradoksial mengenai sikap manusia terhadap alam. Kita ambil contoh wisata alam yang belakangan ini dipromosikan secara masif ke masyarakat lokal bahkan mancanegara melalui iklan besar-besaran dari Indonesia. Maraknya pencarian investor oleh para stakeholder dibidang pariwisata juga dilandasi niat membangun berbagai infrastruktur yang menurut pemangku kepentingan bikin kita makin cinta alam Indonesia, tetapi disisi lain bakal merusak tatanan yang ada. 

Niatnya sih mengangkat alam yang katanya dimiliki Indonesia itu agar mendatangkan devisa serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tapi apabila kita perhatikan lebih jauh, pertumbuhan ekonomi berbanding lurus dengan pengrusakan yang terjadi.

Kita ambil contoh (hanya contoh) pariwisata yang ada di daerah Karanganyar, ya Tawangmangu atau biasa disebut TW. Tawangmangu berada di lereng gunung Lawu, dan berbatasan langsung dengan kabupaten Magetan, Jawa Timur. Tempat ini dahulu sangat sejuk, penuh hutan-hutan dan area persawahan yang dapat dimanfaatkan penduduk sekitar untuk memenuhi kebutuhan hidup. Alam-alamnya pun dahulu masih terjaga dengan epik, hal itulah yang membuat orang-orang mulai berorientasi bisnis mengembangkan pariwisatanya.

Mungkin pengunjung Lawu generasi lama sangat mengagumi tempat wisata ini, dan menceritakan kepada sanak keluarga dan teman-temannya. Melalui publikasi klasik jaman dahulu alias mouth to mouth menjadikan Lawu semakin ramai. Semua orang jadi kepingin menikmati indahnya gunung Lawu dan sejuknya udara disana. Apalagi Lawu adalah destinasi andalan penduduk urban Surakarta yang ingin melepas penat sejenak.

Semakin lama, promosi tempat semakin masif, ya maksud saya promosi secara tidak langsung dari pengunjung yang pernah kesana. Tapi sebenarnya didasari niat baik pengunjung juga sih, ingin membagi pengalaman sensasional menikmati dinginnya air Grojogan Sewu, hutan pinus, dan berbagai wahana ciptaan alam lainnya. Cerita pengalaman indah tersebut menarik berbagai orang untuk segera kesana, tak terkecuali kerabat yang jauh disana jadi ingin merasakan liburan di lereng Lawu yang bersih dan asri itu.

Karena permintaan akan suasana pedesaan dan pegunungan dari pengunjung naik drastis, pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan seperti pengusaha, masyarakat lokal, dan pemerintah mulai membangun fasilitas penunjang liburan dengan harapan agar pengunjung merasa nyaman dan bakal terus bertambah. Jalan-jalan diperbaiki, entah diaspal maupun di cor beton. Bangunan-bangunan vila didirikan, tumbuh subur bagaikan rumput lapangan. Warung-warung bermunculan, tapi ekonomi dapat maju melesat. Intinya sih, karena demand naik, supply dari pemangku pariwisata menggencarkan pembangunan ini-itu dan promosi dimana-mana agar semua orang dapat merasakan hawa sejuk lereng Gunung Lawu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun