Mohon tunggu...
Wahyu Barata
Wahyu Barata Mohon Tunggu... Penulis - Marketing Perbankan

Wahyu Barata.Lahir di Garut 21 Oktober 1973. Menulis puisi, cerita pendek,dan artikel. Tulisan-tulisannya pernah dimuat di Sari Kata, majalah Aksara , Media Bersama, Kompas, Harian On Line Kabar Indonesia, beberapa antologi bersama, dan lain-lain.Kini bekerja sebagai marketing perbankan tinggal di Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Bumbu Dapur Membunuh Bakteri

17 Juli 2021   07:52 Diperbarui: 17 Juli 2021   07:57 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak tahun lalu, nenek moyang kita telah menggunakan bumbu untuk mengolah makanan. Yang sangat menarik, fenomena semakin tinggi suhu rata-rata di suatu tempat semakin banyak ragam bumbu dapur yang digunakan. Penelitian para "Naturopath" (ahli pengobatan alami) menunjukkan bahwa di India yang terletak di kawasan tropis, rata-rata menggunakan 10 macam bumbu untuk masakannya. Sementara di Norwegia yang dekat kutub rata-rata hanya menggunakan 2 macam bumbu.

Sehingga para ahli pengobatan alami semakin tertarik pada kearifan nenek moyang manusia. Menyadari atau tidak manusia sudah mengetahui khasiat bumbu untuk mencegah serangan bakteri. Di kawasan bersuhu panas, bahan makanan cenderung lebih cepat busuk kalau dibandingkan dengan di kawasan dingin, apa lagi daging dan ikan lebih cepat diserang bakteri pembusuk.

Di kawasan tropis bumbu dapur yang biasa dipakai selain berfungsi meningkatkan cita rasa masakan, juga berfungsi mencegah pembusukan makanan. Jenifer Billing dan Paul Sherman dari Cornel University di Ithaca meneliti 4.500 resep masakan dari 36 negara, kemudian mereka menyimpulkan sejak berabad-abad manusia sudah memanfaatkan bumbu dapur untuk obat-obatan maupun untuk mencegah pembusukan makanan.

Daljit Arora, ahli mikrobiologi dari Universitas Guru Anak di Amritsar, India, meneliti dengan intensif beberapa macam bumbu dapur yang biasa digunakan di negaranya, di antaranya bawang putih, cengkih, jahe, lada hitam, kunir, cabai hijau. Ia meneliti semua bumbu dapur itu di laboratoriumnya. Bumbu dapur itu diracik ala resep masakan India, lalu diberikan kepada koloni bakteri. Tujuan penelitian untuk membuktikan apakah bumbu dapur berkhasiat membunuh bakteri.

Aurora meneliti khasiat bumbu dapur terhadap beberapa macam bakteri yang menyebabkan penyakit berbahaya. Misalnya bakteri Staphylokokus penyebab peradangan dan keracunan darah,bakteri Entero penyebab radang paru-paru, bakteri Pseudomonas penyebab infeksi luka terbuka, bakteri Shigella  penyebab disentri, bakteri Salmonell penyebab keracunan makanan dan tifus, dan jamur Kandida yang menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. Hasil penelitiannya bawang putih dan cengkih berkhasiat membunuh bakteri penyakit, menghambat pertumbuhan hampir seluruh bakteri yang diteliti.

Dalam kondisi seperti saat ini, semakin banyak bakteri kebal antibiotik. Penemuan alternatif pengobatan seperti itu sangat penting. Campuran bumbu bawang putih dan cengkih terbukti mampu membunuh bakteri yang kebal antibiotik.

Di Eropa, ahli kimia Damien Dorman dan Stanley Deans dari sekolah tinggi pertanian di Skotlandia meneliti dengan minyak atsiri yang disuling dari beberapa tanaman bumbu dapur, membuktikan khasiat antibakteri.

Gowsala Sivam, peneliti terkemuka dari Universitas Bastyr di Amerika Serikat, telah membuktikan ternyata di dalam lambung bawang putih menunjukkan khasiat seperti antibiotik yang memghambat berkembang biaknya bakteri Helicobakter penyebab tukak lambung. Hasil penelitian di laboratorium ini cocok dengan hasil penelitian di lapangan, yang menyimpulkan di kawasan yang banyak mengonsumsi bawang putih, kasus tukak lambung lebih sedikit.

Namun, sejauh ini berbagai hasil penelitian ilmiah itu belum bisa menjelaskan bagaimana mekanisme bumbu dapur mencegah membusuknya makanan. Penyebabnya unsur aktif atau minyak atsiri yang berkhasiat. Sering terdapat dalam kelenjar khusus di bagian dalam tanaman sehingga tidak dapat diamati proses kerjanya.

Di samping itu, penelitian di laboratorium  biasanya menggunakan kultur bakteri pada cawan percobaan, bukan bakteri  pada kondisi sebenarnya. Sehingga para Naturopath (ahli pengobatan alami) menyarankan melakukan percobaan menggunakan daging atau ikan agar prosesnya terjadi seperti di alam.

Dr. Kalidas Shetty, pakar bioteknologi makanan dari Universitas Massachussets, Amerika Serikat, melakukan percobaan dengan daging cincang dan potongan ikan. Untuk medium antibakteri digunakan bumbu dapur campuran dari thymian, oregano, dan rosmarin, bumbu dapur yang biasa digunakan di dapur Eropa dan Amerika Serikat. Sasaran penelitian yaitu bakteri Listeria monocytogenes penyebab keracunan bahan makanan. Hasil penelitian di laboratoriun sangat mengagumkan. Tiga macam bumbu dapur itu berhasil memusnahkan separuh dari populasi bakteri Listeria pada daging cingcang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun