Mohon tunggu...
Kiki Dian Lesmana
Kiki Dian Lesmana Mohon Tunggu... Freelancer - Bachelor of Communication Studies

Love media and communication studies

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Rapor Bulu Tangkis Indonesia, Pekerjaan Rumah PBSI Makin Berat pada Sektor Putri

15 November 2019   13:23 Diperbarui: 26 November 2019   18:59 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepanjang tahun 2019 hingga perhelatan Fuzhou China Open Super 750 kemarin, Indonesia berhasil mengumpulkan 25 gelar BWF World Tour yang merupakan hasil akumulasi dari perolehan gelar BWF Tour Super 100 hingga Super 1000. Pada beberapa turnamen yang bergengsi seperti level super 1000 dan super 750, Indonesia bener-benar mati suri di 2 sektor yakni ganda puteri dan tunggal puteri.

Selama ini, dijajaran persaingan papan atas dunia, ganda puteri hanya bergantung pada pasangan Greysia Polli/Apriyani Rahayu. Namun ditahun 2019 ini, publik dibuat khawatir oleh torehan performa buruk yang telah dibukukan oleh ganda puteri utama Indonesia ini.

Alih-alih mempunyai pemain pelapis yang bagus yang diharapkan bisa menjadi pelapis sepadan dengan ganda utama, justru tidak ada satu pun pelapis ganda puteri yang mampu bersinar menembus jajaran papan atas dunia.

Penampilan mereka selalu mengkhawatirkan disetiap turnamen, yang mana hampir semua pemain Ganda Puteri selalu tersingkir dibabak-babak awal.

Della/Rizki yang dipersiapkan sebagai pelapis utama pada Olimpiade Tokyo 2020 justru malah tampil underperform sepanjang tahun 2019 ini. Mereka senantiasa menelen kekalahan di round awal.

Padahal, tahun 2018 lalu, Della/Rizki sempat menjadi harapan karena berhasil masuk ke top ranking 10 besar. Namun tahun ini, peringkat mereka terlempar dan sulit bersaing kembali dengan ganda-ganda puteri papan atas dunia lainnya.

Pola permainan yang kurang variatif, defense lemah, banjir error, attack yang selalu menjadi bumerang, kerapkali Della/Rizki pertonjolkan dan hal inilah yang membuat banyak badminton lovers geram. Tidak sedikit dari mereka yang membully atlet ganda puteri, bukan hanya Della/Rizky saja namun semua pemain pelapis di ganda puteri yang tidak memerlihatkan perkembangan sama sekali.

Menurunnya performa ganda putri menjadi sorotan tajam publik. Ditambah lagi dengan serangakaian hasil buruk yang diperoleh oleh ganda puteri utama Indonesia. Bila dulu Greysia/Apri senantiasa mulus mencapai babak semifinal dan hanya kesulitan mengalahkan tiga ganda puteri utama Jepang, yakni Misaki/Ayaka, Yuki/Sayaka, dan Mayu/Wakana.

Kini mereka sering dikalahkan oleh pemain yang peringkatnya jauh dibawah mereka. Termasuk di China Open yang lalupun mereka dikalahkan oleh pasangan Malaysia di round 32 besar.

Hasil ini membuat peringkat mereka makin terlempar dari 5 besar dunia dan kini mereka bertengger di top 8 dunia.

Wacana PBSI yang menargetkan bisa mengirimkan dua pasangan ganda puteri ke Olimpiade rasa mulai terlihat mustahil. Apalagi melihat persaingan ganda puteri yang didominasi oleh tiga negara yakni Jepang, China, dan Korea.

Untuk Jepang memiliki tiga andalan, Korea memiliki empat andalan, dan China memiliki dua andalan yang bisa bersaing di papan atas dunia. Sementara Indonesia, satu andalan saja sekarang sudah mulai meredup capaiannya.

Evaluasi besar-besaran harus segera dilakukan oleh Eng Hian selaku pelatih utama ganda puteri Indonesia, demi menghindari keterpurukan panjang yang sedang dialami sektor ini. Mengingat Olmipiade Tokyo pun kurang dari setahun lagi. Tentunya persiapannya sudah semakin mepet. Jangan sampai nasib Ganda Puteri Indonesia seperti Tunggal Puteri yang hingga kini masih dilanda tidur panjang, belum bangun dari keterpurukan setelah ditinggalkan oleh Susi Susanti.

Ganda Puteri Indonesia perlu melakukan reformasi besar-besaran dan mentranformasi gaya permainan baru yang lebih kreatif dan variatif lagi. Gaya permainan kuno yang hanya mengandalkan bola-bola lob panjang sudah tidak laku lagi. Yang mana gaya main ini seringkali kita lihat pada permainan beberapa pasangan ganda puteri kita yang sekarang yakni gaya permainan membosankan yang hanya bermodalkan defense balik serang ataupun menunggu kesalahan lawan.

Defense pun sebenarnya tidak terlalu variatif, terlalu dominan dengan bola-bola lob, jarang smash, smash pun mengambang dan sulit sekali untuk menembus jantung pertahanan lawan, bola-bola drive juga sering menyangkut di net, dan ketidakmampuan ini seringkali membuat para pemain ganda puteri kita ambyar dilapangan yang ujungnya berakhir dengan kekalahan.

Praktis hanya ganda putera saja yang masih menyelamatkan wajah bulutangkis Indonesia masih tetap disegani oleh dunia melalui tiga pasangan utamanya yang bercokol di 10 besar dunia yakni Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, Hendra Setiawan/Mohamad Ahsan dan Fajar Alfian/M. Rian Ardianto.

Dari gelaran 5 turnamanen super 750, Indonesia berhasil meriah 4 gelar yakni di Jepang Open, Denmark Open, French Open dan China Open, yang semuanya disumbangkan oleh Marcus/Kevin.

Sementara itu, Indonesia berhasil memborong semua gelar juara pada level Super 1000 melalui sektor ini yang disumbangkan oleh Hendra/Ahsan yang menjadi kampiun di All England dan Marcus/Kevin yang menjadi kampiun di Indonesia Open dan China Open.

Sedangkan pasangan pelapis ketiganya, Fajar Alfian/M. Ardianto berhasil membawa gelar di Korea Open Super 500.

Disektor tunggal puteri, Indonesia sempat diberikan kejutaan manis diawal tahun melalui Fitriani yang berhasil meraih gelar Thailand Master Super 300.

Namun sayangnya, setelah torehan gelarnya tersebut, penampilan Fitriani malah menurun drastis dan kembali ke habitatnya lamanya sebagai pemain yang konsisten terhenti di round awal. Di tahun ini, sangat jarang sekali Fitriani bisa menembus babak minimal Quarter Final di turnamen level atas.

Begitupula dengan tunggal puteri utama Indonesia, Gregoria Mariska Tunjung yang sempat digadang-gadang menjadi generasi emas penerus kejayaan Susi Susanti karena telah memberikan kejutan manis ditahun lalu dengan konsisten terhenti dibabak-babak akhir. Bahkan Gregoria sempat mencicipi beberapa kali semifinal level papan atas seperti Denmark open, China Open, dan Thailand Open.

Namun ditahun 2019 ini, justru penampilan Gregoria berbanding terbalik dengan tahun lalu. Gregoria hampir selalu terhenti dibabak awal. Walaupun pada beberapa turnamen yang diikuti, sejatinya Gregoria hampir berhasil memberikan kejutan dalam mengatasi beberapa pemain papan atas dan sudah hampir menang. Namun sayangnya, ketika sudah unggul perolehan poin dari lawannya, dipenghujung set ia selalu tertikung.

Ini menandakan bahwa stablitas mental dan titik fokusnya masih sangat lemah. Mental juaranya pun tidak terlihat sama sekali di lapangan. Gregoria juga kerapkali menunjukkan mimik wajah yang lemas dan kurang garang di lapangan, aura semangatnya tidak terpancar sama sekali.

Tentunya, secara psikologis hal ini berpengaruh pada fokusnta ketika memeroleh tekanan besar dari lawan diatas lapangan. Dengan semangat yang menggebu, semestinya tekanan sebesar apapun bisa dikelola dengan baik.

Namun dengan aura semangat yang lemah, ditambah makin besarnya tekananan, hal tersebut bisa berdampak pada kualitas permainan Gregoria yang menjadi jorok sekali alias banjir error.

Tentunya ini menjadi pekerjaan rumah baru untuk PBSI yang harus bisa berbenah ditahun 2020 nanti agar bisa memperbaiki kualitas sektor putri yang masih kalah saing dengan negara lain.

PBSI hraus bisa mengejar ketertinggalan dari China, Jepang dan Korea. PBSI bisa mencontoh Korea yang mampu bangkit sektor puterinya dalam kurun waktu setahun ini.

Bahkan sekarang sektor puteri Korea lebih bersinar dari Jepang. Apabila PBSI tidak segera mengerjakan pekerjaan rumahnya, sektor puteri Indonesia hanya akan terus menjadi penghias draw dan menjadi bulan-bulanan negara lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun