Mohon tunggu...
Kiki Ambarizki
Kiki Ambarizki Mohon Tunggu... Mahasiswa - ♡

Done better than perfect, practice make perfect.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Seperti Takdir Dalam Bunga Tidur (2)

4 Oktober 2022   01:46 Diperbarui: 4 Oktober 2022   01:50 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

     Selang beberapa hari berkomunikasi dan kembali dekat ketika Zein sudah pulang ke Makassar.
Karena obrolan Mereka yang semakin akrab akhirnya, Zein sering menelfon Kinan di malam hari apapun itu di bicarakan, lebih banyak diselingi dengan bernyanyi bersama. genre music Mereka berdua hampir sama jika di tilik dari playlist yang mereka nyanyikan yaitu lagu tahun 90an jadi, Kinanpun bisa mengimbangi apa yang Zein nyanyikan lagu lawas yang meledak pada masanya. Jelas mereka sangat nyambung karena sama dari kelahiran Tahun 90an juga.
     Karena sebuah kenyamanan itu, akhirnya mereka merasakan ada yang tidak beres dengan perasaan mereka berdua. Berkomunikasi dengan siklus waktu yang tidak berjarak membuat mereka semakin mengenal satu dengan yang lain.
Kinan yang merasa begitu nyaman karena sifat dewasa dari Zein, dan Zein sendiri menyukai nada manja dari Kinan yang selalu membuatnya nyaman dengan suaranya.
Setelah lewat beberapa waktu saling berkomunikasi keduanya merasa tidak ingin saling kehilangan, bahkan ketika tidak berkomunikasi seperti biasanya seperti merasa ada yang kurang. Bahkan Kinan pernah bercerita panjang lebar mengenai ibunya yang sudah sekian tahun pergi dan pernah bermimpi ibunya berada di Makassar dan menyuruhnya untuk tidak mencarinya, melainkan menunggu saja hingga waktunya tiba Dia akan kembali. Seperti takdir yang tidak terduga, bisa berkenalan dengan nama daerah yang pernah dimimpiinya.
     Malam itu, obrolan ditelfon yang dibarengi dengan tawa seketika terhenti, Zein yang biasanya banyak bicara kali ini benar senyap bahkan lebih banyak bingungnya ketika mengobrol. Kinan merasakan ada yang janggal darinya, mengapa tiba-tiba berbeda dari biasanya.
Percakapan senyappun dimulai dengan hati yang bisa dibilang ingin copot menahan sesak karena speechless.
Zein : "Kinannnnn"
Kinan : "dalem daeng kenapa?" (daeng adalah sapaan seperti kakak, abang, atau sering disebut seorang laki-laki yang lebih tua dalam bahasa Bugis, Makassar)
Zein : "Kinan kalau misalkan ada yang mendekati, Kinan mau pacaran atau langsung nikah?"
Kinan : damn (dalam hati)
Seketika Kinan terdiam dengan kalimat itu, ini apa maksudnya tiba-tiba Zein mengatakan hal tersebut. takkan Zein menyukai Kinan, sebab Kinan berfikir komunikasinya hanya sekedar hubungan antar Kakak dan Adik ditambah lagi mereka memiliki kota asal dengan jarak yang sangat jauh.
Kinan : "hah? Apa kak?" (pura-pura betanya kembali untuk memastikan)
Zein : (kembali terdiam tanpa suara)
Kinan : "heyyyy kenapa kak?"
Zein : "Kakak sayang sama Kinan......"
Kinan : (bengong) are you serious fall in love with me? Masih dalam tanda Tanya yang besar,
Zein : "Kinan mau pacaran sama kakak?"

Kinan : "Aku sedikit trauma mengenai hal ini, Aku pernah mencintai orang namun akhirnya disakiti. Sudah pernah tulus, namun dikhianati, diselingkuhi."

Zein : "atau Kinan mau Kita dekat dulu, dekat saja. Kakak mau serius sama Kamu, Kakak mau mengenali kamu lebih dalam."

Kinan : (terdiam sangat lama dan berfikir)

Zein : "Kinan boleh berfikir terlebih dahulu jika memang sulit untuk memilihnya, Kakak tidak terlalu memaksakan."

Kinan : "Aku sebenarnya tidak ingin berpacaran, karena memang, Aku sudah cukup muak dengan drama ini, namun jika tidakpun Aku takut kehilangan Kakak. Karena jika dilepas ada kemungkinan akan jauh. walaupun memang kemungkinan 50/50 ada, jika menjalin hubunganpun sama hasilnya bisa berhasil ataupun gagal."

Zein : "sama seperti yang Kakak rasakan Kin, Kakak juga tidak ingin kehilangan Kamu, Kakak menyukai Kamu sejak awal namu, tidak cukup berani mengungkapkannya karena memang respon Kamu tidak begitu responsif."

Bersambung...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun