Mohon tunggu...
Mas
Mas Mohon Tunggu... Freelancer - yesterday afternoon a writer, working for my country, a writer, a reader, all views of my writing are personal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

There is so much weariness and disappointment in travel that people have to open up – in railway trains, over a fire, on the decks of steamers, and in the palm courts of hotels on a rainy day. They have to pass the time somehow, and they can pass it only with themselves. Like the characters in Chekhov they have no reserves – you learn the most intimate secrets. You get an impression of a world peopled by eccentrics, of odd professions, almost incredible stupidities, and, to balance them, amazing endurances— Graham Greene, The Lawless Roads (1939)

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Diary Kompasianer dengan Tiga Akun di Kompasiana

15 Januari 2022   09:02 Diperbarui: 15 Januari 2022   17:24 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini, saya hanya bisa melihat halaman depan rumah. Semoga ada keajaiban untuk dapat menemukan kuncinya: "I'm just a story teller who try to form a formula for extracting meaning from chaos, just like a handful of water we scoop up to recall an ocean"

Sahabat Kompasianer, selain dunia sastra dan sejarah, rumah saya sebagian besar merupakan kepedulian, perhatian, dan minat kepada isu-isu strategis, dunia keamanan dan politik. 

Berkat Kompasiana dan para Kompasianer, di masa jarak sosial kita, keinginan untuk kontak fisik tidak pernah begitu kuat. Kita tak tersentuh. Pengalaman ini memiliki konsekuensi yang lebih mencolok yang memiliki banyak gaung dalam literatur. Metaforis menggantikan anatomi.

Tanda kasih di masa krisis pandemi membuat kita bebas berkeliaran selama berabad-abad, untuk menciptakan, untuk menghargai kembali warisan kita di dunia kepenulisan.

Ketika ia menarik kembali tirai dan melihat ke luar, ia bisa melihatnya terpantul di jendela, versi dirinya yang menatapnya. Ia melihat melalui jendela, melihat ke dalam dirinya sendiri, dan ia melihat bahwa jalanan kosong, sepi; tidak ada kerumunan saat ini, tidak ada layang-layang dengan tulisan Indonesia, tidak ada yang kembali. 

Ia fokus, melihat melewati dirinya sendiri, sampai matanya melihat bentuk yang jauh. Jauh di dalam kota-kota kecil, ada hiruk-pikuk pengeras suara yang menggelegar, para seleb yang gembira. Pikiran terakhirnya, sebelum ia tertidur kembali, adalah bahwa di negara baru ini, apakah ia merasa sangat kesepian?

kompasiana.com
kompasiana.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun