Dear Kompasianer,
Belum lama berselang, masih bisa terhitung dalam hitungan jam, terbetik kabar tentang pengunduran diri Gareth Bale dari dunia sepak bola. Cukup membuat saya terkejut, sebab tak menyangka berita ini datang lebih cepat dari dugaan.
Minggu-minggu ini masih hangat tersebar pemberitaan tentang Christiano Ronaldo, yang secara usia, melebihi umur Bale. Namun, semua pemberitaan terkait Ronaldo, jauh dari aroma, gelagat, atau pesan tersembunyi (kode) bahwa sang CR7 akan pensiun. Begitu pun soal-soal Lionel Messi, tak tersentuh topik ini.
Saya kemudian menemukan akun Twitter ofisial Bale, @GarethBale11. Benar, di sana ia merilis sapaan perpisahan. Betapa sederhana! Cara yang dipilih Bale, terlampau jauh dari lampu sorot, yang selayaknya lekat pada pemain sekelas Bale.
Buat yang menyukai atau sekadar simpati padanya, ingatan terakhir tentangnya, bila bisa disebut demikian, belumlah lama berlalu. Ia baru saja membawa timnas Wales berlaga di Piala Dunia 2022. Di Qatar ia berhasil menorehkan sejarah, mencetak gol pertama Wales di World Cup dalam rentang 64 tahun.
Jika kita bisa bersabar sedikit dan merunut ke waktu sebelum Piala Dunia, Bale baru saja berkontribusi krusial mengantarkan klub terakhirnya, Los Angeles FC, meraih Major League Soccer (MLS) Cup 2022. Dalam pertandingan yang ketat itu, gol Bale di menit 120+8 menyeimbangkan skor 3:3 sebelum akhirnya LAFC menekuk Philadelphia Union. Ini penuh makna, sebab inilah gelar MLS Cup pertama bagi LAFC.
pic.twitter.com/QF7AogJXHE— Gareth Bale (@GarethBale11) January 9, 2023
Gareth Bale: Situasi Sulit Perpindahan ke Real Madrid
Dear Kompasianer,
Saya bukanlah fans Tottenham Hotspur, tetapi nama Gareth Bale menyimpan kenangan kecil  tersendiri. Dia adalah pemain sepakbola, dan satu-satunya, yang pernah saya tulis di akun ini. Satu-dua tulisan saya berkenaan dengan  bola, tak lepas dari Manchester United.
Saya membuat akun ini pada 15 Agustus 2013 dan menulis tentang situasi yang dihadapi Bale saat itu pada 19 Agustus 2013. Proses transfer Bale berada dalam situasi simpang siur. Bos Tottenham Hotspur seolah mengulur waktu dan jual mahal terkait duit transfer ke Real Madrid.
Itulah awal-awal saya mulai menulis di platform User Generated Content (UGC) ini. Kian memberi kesan saat tulisan tersebut dihargai berjenjang sebelum akhirnya tampil di tataran Headline.
Baca di Sini: Gareth Bale Korban Bisnis Pemain?
Kisah Gareth Bale kemudian berubah saat transfer tersebut terwujud. Dia tak lagi masuk dalam lingkup pemberitaan Liga Inggris. Namun, saya masih mudah mendapati kabar media tentang kiprahnya di La Liga. Sebelum perlahan, namanya tak lagi menjadi fokus.
Di Real Madrid, Bale berada dalam bayang-bayang Christiano Ronaldo dan Karim Benzema. Meski secara karier pribadinya, tetap terhitung luar biasa. Simak data sederhana ini. Saat berada Tottenham Hotspur (2007-2013), Bale bermain sebanyak 146 dan membuat 42 gol. Bandingkan masa dirinya di Real Madrid (2013--2022), bermain sebanyak 176 dan membuahkan 81 gol.
pic.twitter.com/NNErxMVGCS— Gareth Bale (@GarethBale11) January 9, 2023
Gareth Bale: Jalan Naik dan Jalan Turun
Dear Kompasianer,
Menyandang nama lengkap Gareth Frank Bale, pemain yang favorit sebagai gelandang sayap ini, lahir di Cardiff, Wales. Bale memulai karier sepak bolanya di akademi Southampton (2005). Talentanya yang oke, membuatnya dipromosikan ke tim utama Southampton (musim 2006-07).
Tak berlangsung lama di Southampton, Tottenham Hotspur kepincut padanya, dan memboyongnya pada Mei 2007. Di sinilah Bale terus terasah dan bersinar, sebelum 2013 ia berpindah liga, dan kian berkibar dengan beragam trofi hingga akhir masa pengabdiannya di 2022.
Sejalan dengan keberadaan di dalam klub dan mengeksplorasi liga-liga, Bale memanggul beban juga sebagai pemain tim nasional Wales. Catatan sejarahnya mengesankan. Ia memulainya bersama Wales U-17 (2005-2006), naik ke Wales U-19 (2006), bergabung dengan tim Wales U-21 (2006-2008, dan akhirnya lepas dari kelompok umur (2006--2022).
Selepas dari Real Madrid, pengembaraan Bale berpindah ke Major League Soccer (MLS) Amerika Serikat, berkumpul bersama klub Los Angeles FC. Di pelabuhan terakhirnya ini, selayaknya kariernya tidak sependek ini. Setidaknya itu yang semula diduga oleh fans dan orang-orang yang bersimpati.
Dengan kegarangan miliknya yang masih mencuat di MLS dan kemudian pembuktian gol bersejarah di Piala Dunia, pensiun adalah pilihan yang mengejutkan banyak orang. Setidaknya, ini skenario yang biasa di tempuh pemain lain: kembali ke klub mula-mulanya.
Namun, Gareth Bale adalah Gareth Bale yang khas dirinya. Jauh dari pemberitaan aneh-aneh. Berada di bawah bayang-bayang Ronaldo, masa sulit saat disinggahi cedera, dan tak dipandang sebagai tulang punggung lagi, dilewati oleh Bale tanpa tingkah bombastis.
Ketika orang-orang terkejut dan merasakan penyesalan atas pengunduran dirinya dari lapangan hijau, saya berada di sisi kelompok ini. Namun, semua kembali ke kepribadian masing-masing pemain dan prinsip-prinsip yang dianutnya.
Gareth Bale mengakhirinya dengan kalem, tanpa gembar-gembor berlebihan apalagi gosip sana-sini. Selebihnya kita membaca, Bale menuai sapaan perpisahan dari berbagai pihak, termasuk koleganya sesama pemain, dengan nada positif dan mengharukan.
Selamat jauh dari lapangan hijau, tetapi dekat di hati, Bro!
