Mohon tunggu...
Ang Tek Khun
Ang Tek Khun Mohon Tunggu... Freelancer - Content Strategist

Sedang memburu senja dan menikmati bahagia di sini dan di IG @angtekkhun1

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama FEATURED

Sekolah Bukan Bengkel dan Orangtua Bukan Pengusaha Jasa Kurir

31 Juli 2016   23:55 Diperbarui: 15 Juli 2019   04:01 2370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah perayaan, bukan beban (Foto: Kompas.com)

Apabila menggunakan cara pandang "anak adalah dewasa mini", maka urutan di atas tak lebih dari sekadar kategori. Namun sejatinya tidaklah demikian. Itu adalah fase/tahapan, dan setiap fase/tahapan memiliki tugas yang berbeda untuk ditunaikan oleh setiap individu untuk mencapai tahapan menjadi manusia dewasa.

Orangtua Bukan Pengusaha Jasa Kurir

Jika kita mengikuti kelaziman yang berlaku seorang anak dimasukkan ke bangku TK pada usia 4 tahun dan tak perlu diurusi lagi saat ia masuk kuliah, maka terdapat rentang (2+6+3+3) 14 tahun bagi orangtua untuk menjalankan bisnis sebagai Pengusaha Jasa Kurir.

Dalam bisnis jasa kurir yang terpenting adalah setiap barang tiba di tujuannya secara utuh dan tepat waktu. Apakah perlu di-packing secara bagus atau kategori tiba sehari, 3-4 hari, atau 4-7 hari, itu berpulang pada kemampuan bayar dari klien. Dalam bisnis jasa kurir, pemilik modal/usaha tidak punya kewajiban mengantar sendiri. Sejumlah pegawai akan bekerja baginya dan sejumlah moda tranportasi dari pihak ketiga siap menjadi mitra usaha.

Apabila kita melakukan kilas balik dan membuka pengamatan luas, tidakkah orangtua kerap menjalankan "bisnis jasa kurir" berkenaan dengan "menghadirkan anak di sekolah dan memulangkannya ke rumah"?

Jika demikian adanya, maka mengantarkan anak ke sekolah, sekalipun itu hanya pada hari pertama sekolah, setidaknya memiliki urgensi tinggi. Mari kita perbincangkan lebih lanjut.

Dinamika Makna “Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah”

“Mengantar anak di hari pertama sekolah” adalah pintu masuk menuju dunia luas masa depan anak. Dunia ini dapat menjadi dunia magic perwujudan surga fantasi anak, tetapi sekaligus berpotensi sebagai hutan belantara, bahkan dunia horor yang harus dihadapi oleh anak. 

Anak-anak yang diantar ke dunia indah akan membangun kepercayaan diri, kemandirian, psikososial positif, dan sejumlah aspek lain. Namun hal yang berlawanan akan hadir di depan anak-anak apabila ia memasuki dunia yang sebaliknya.

Mengenai “mengantar anak di hari pertama sekolah” dan relasinya dengan Tiga Pilar Pendidikan, saya suka menggambarkannya dengan ilustrasi yang saya sebut Bagan Layang-layang. Pertama-tama yang harus kita sadari adalah apa yang disebut “layang-layang” barulah dapat menjadi layang-layang apabila ia memiliki tulang vertikal dan horisontal. 

Keempat sisinya dibangun dengan keterhubungan (baca: benang) yang erat saling mengikat dan kemudian disempurnakan dengan “selubung” kertas. Keutuhan layang-layang ini menghadirkan empat sudut yang merepresentasikan sosok ANAK, ORANGTUA, SEKOLAH, dan LINGKUNGAN (sekolah).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun