Mohon tunggu...
Adelia Khumayroh
Adelia Khumayroh Mohon Tunggu... Penulis - Belajarlah hidup seperti padi

Lahir tanpa harus merusak sekitar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pemikiran Wasil ibn Atha tentang Prespektif Kalam

25 September 2018   22:39 Diperbarui: 25 September 2018   22:53 934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

1.Sejarah/ latar belakang aliran muktazilah

Nama wasil ibn atha' sering juga disebut dengan abu huzhaifah dan lebih terkenal dengan gelar al-gazzal. Ia di lahirkan pada tahun 80 H dan meninggal dunia pada tahun 131 H di bashrah, wasil bin atha' memiliki guru bernama hasan al-Basyri dalam proses belajar mengajar tidak jarang wasil bin atha' berselisih pendapat dengan siapa saja, wasil ibn atha' adalah murid terbaik dari hasan al basyri tetapi karna perbedaan pendapat wasil bin atha' berpisah dengan gurunya karena perbedaan pandangan mengenai pelaku dosa besar maka dari itu pemikiran wasil bin atha' itu disebut dengan aliran muktazilah, muktazilah sendiri itu berarti orang islam yang memiliki keyakinan berbeda dari orang islam lainnya

Muktazilah secara etimologi orang yang memisahkan diri. Sebutan ini mengandung sejarah yang berarti karena tidak bisa dipisahkan dari hasan al-basyri. Salah seorang imam di kalangan tabi'in. Asy-syihristani berkata: suatu hari datang laki-laki kepada hasan al-basyri laki-laki itu menanyakan aliran yang memgkafirkan pelaku dosa besar yang disebut khawarij dan menanyakan tentang aliran murji'ah yang tidak mau ikut campur dalam  masalah. Hasan al basyri  berpikir sejenak tetapi sebelum hasan al basyri menjawab dengan lantang wasil bin atha' mengeluarkan pendapatnya menurutnya pelaku dosa besar bukan mukmin namun bukan kafir. Karena itulah hasan al basyri mengatakan kepada murid muridnya bahwasanya wasil bin atha' telah memisahkan diri darinya. Kemudian hasan al basyri memjawab dengan pandangan ahlu sunnah wal jamaah yaitu bahwasnya pelaku dosa besar itu tidak sempurna imannya tapi karena keimanannya ia masih disebut mukmin dan karena dosa besarnya ia disebut fasiq.

Seiring berjalannya waktu nama muktazilah disepakati oleh para pengikutnya  dan disahkan menjadi nama aliran mereka. Ada juga yang mengatakan aliran ini muncul dikarenakan kepentingan politik yakni ketika hasan bin ali membaiat muawiyah dan menyerahkan kekuasaannya sebagai khalifah, ada juga yang mengatakan bahwa sikap beberapa sahabat yang memisahkan dan mengasingkan diri dan bersikap netral dalam peristiwa politik atau peristiwa tahkim tersebut. Disisi lain juga perbedaan pendapat dengan golongan khawarij dan murjiah tentang pemberian status kafir pada orang yang berbuat dosa besar.

Seiringnya berjalannya waktu, muktazilah semakin berkembang dengan sekian banyak sektenya. Mereka bahkan mendalami buku-buku filsafat yang tersebar di masa pemerintahan al-ma'un. Sejak itulah mazdhab mereka benar-benar diwarnai corak pemikiran filosofis yang berorientasi pada akal.

    Dari segi geografis, muktazilah di bagi menjadi dua yaitu

  • Aliran muktazilah basrah

Aliran ini lebih menekankan pada teori dan keilmuan.

  • Aliran muktazilah baghdad

Aliran ini lebih nampak pengaruh filsafat yunani, karena adanya penerjemah buku-buku filsafat di baghdad, dan juga karena istana khalifah-khalifah abbasiyah menjadi tempat pertemuan ulama-ulama islam dan pakar-pakar lainnya.

      B. Doktrin ajaran

          Muktazilah memiliki lima prinsip atau di sebut denga "ashwalul khomsah"

  1. At-tauhid (keesaan Allah)

At-tauhid ini merupakan aqidah madzhab mereka dalam membangun keyakinan tentang mustahilnya melihat Allah di akhirat nanti, dan sifat-sifat allah itu adalah substansi dzatnya sendiri serta al-qur'an adalah makhlu begitu menurut keyakinan mereka.

     2.  Al-adl

Menurut mereka tuhan tidak menghendaki keburukan, tidak menciptakan perbuatan manusia dan manusia dapat mengerjakan perintahnya dan meninggalkan larangannya sesuai denga qudra (kekuasaan) yang di tetapkan tuhan pada manusia.

     3. Al wa'd wa al wa'id

Doktrin ini berarti janji dan ancaman, mereka menyataksn allah wajib menepati janjinys ketika hambanya berbuat baik maka dimasukkan kedalam syurga, jika ia berbuat dosa maka dimasukkan ke dalam neraka, serta kekal di dalamnya dan mereka menyatakan bahwa allah tidak boleh menyekutukannya. Karena inilah pemikiran inilah mereka disebut dengan wa'idiyyah.

            4. Al manzilah bain al manzlatain

Doktrin ini berarti tempat di antara dua tempat atau posisi di antara dua posisi maksudnya menurut mereka dua tempat itu adalah syurga dan neraka sebagai balasan bagi mereka yang berbuat dosa besar, pelaku dosa besar disebut fasiq, tidak dikatakan beriman dan tidak dikatakan kafir dan tidak dikatakan munafik karena sesungguhnya munafik berhak dihukumkan kafir seandainya telah diketahui kenifakannya dan yang seperti itu menurut mereka dihukumkan pelaku dosa besar.

                 5. Amar ma'ruf nahi mungkar

Mereka berpegang pada QS. Al-imran: 104 dan QS. Luqman: 17

Yang intinya berseru untuk menyeru pada kebaikan dan mencegah berbuat kemungkaran dan juga memerintahkan untuk melaksanakan shalat dan bersabar terhadap apa yang menimpanya. Pendapat mereka sebenarnya sama dengan pendapat gologan yang lain tetapi mereka bertindak berlebih- lebihan. Pandangan mereka dalam keadaan normal cukup dengan seruan tetapi dalam keadaan tertentu butuh tindakan bahkan kekerasan. Untuk mewujudkan pandangannya terlaksana mereka bertindak berlebih-lebihan dan berselisih pandang dengan mayoritas (jumhur) ummat mereka mengatakan dengan hati saja, jika itu cukup, jika tidak cukup maka dengan lisan, jika lisan tidak cukup dengan tangan, jika tangan tidak cukup, maka dilakukan dengan senjata.

    C. Tokoh-tokoh muktazilah

     Mazhab muktazilah didirikan di bashrah, lalu menyebar keseluruh irak. Karena perkembangan inilah banyak mempengaruhi para tokoh-tokoh umayyah seperti yazid bin walid dan marwan bin muhammad. Kemudian pada masa dinasti abbasiyah  terbagi menjadi dua yaitu aliran bashrah dan bagdad. Aliran bashrah ini tokohnya ialah

  1. Al-washila
  2. Amr bin ubaid
  3. Abu huzail allaf
  4. Al-nazzam
  5. Al-jahiz
  6. Al-jabba'i

Aliran bagdad

  1. Bisyr bin al-mu'tamar
  2. Abu musa al-murdar
  3. Sumanah bin al-asyrah
  4. Ahmad bin du'ad

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun