Mohon tunggu...
Khumaidi Arifin
Khumaidi Arifin Mohon Tunggu... Penulis - Anak Desa, Pemuda Langgar

Follow me @khumaidi_arf WhatsApp me +6285 248518342.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Panik Nyahur, Kala nCoV Meneror

28 April 2020   02:26 Diperbarui: 29 April 2020   00:07 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam semakin pekat, teror nCoV makin menggema, hingga terasa sunyi dari Malam biasa. Aku begadang bersama dua sahabatku Rauf dan Mirhan. Sengaja Kami begadang hanya untuk menikmati kesan malam bulan puasa pertama sembari berWiFi ria di Kos Savana jalan Gugus Depan.

Kami tidak mau ketinggalan moment malam sahur pertama. Kami siapkan sedemikian mantap walau sederhana jauh sebelum waktu bersahur tiba. Setelah semua siap, kami kembali berWiFi ria. Aku asyik nonton film di Iflix, rauf menikmati episode per episode serial animasi Avatar, dan Mirhan dengan game soccernya. 

Jarum jam terus berotasi, Mirhan ketiduran, namun kami biarkan saja, kami bangunkan nanti saat bersahur. Jam menunjukkan pukul 4 subuh kurang 15 menit, waktu yang dinanti tiba. Namun seperti ada yang kurang. Owhh, ternyata kurang Bon Cabenya. Aku dan Rauf bergegas keluar dengan motor membeli Bon Cabe di warung terdekat.

Saat keluar gang, Kami terkejut kala bertemu seseorang yang bermasker membawa sebuah kayu seperti pemukul baseball. Aku mempercepat laju motor, karena Kami mengira dia mau mencoba memukul kami, kebetulan malam itu sudah berlaku PSBB di kota Banjarmasin. Kemudian orang itu berteriak, "jangan laju-laju". Aku tak menghiraukan, hingga terdengar suara seperti lonceng empat kali. Dan kami baru sadar, orang itu hanya bertugas memukul tiang penanda jam 4 subuh tepat.

Bon Cabe kami dapatkan, kami kembali ke Kos Savana pukul 4.20. Kami coba membangunkan Mirhan, namun dia tidak mau bangun hingga pasrah untuk membangunkannya. HP saya berdering, ayahku menelpon dan harus Aku angkat. Ayah memberi nasihat-nasihat lewat telepon, hingga akhirnya pukul 04.45 aku baru bisa menikmati hidangan. 

Beberapa menit kemudian terdengar suara adzan penanda kita tidak boleh makan minum lagi, sedangkan Aku masih mengunyah nasi, Aku sangat panik. Ehhh ternyata 

bukan adzan beneran, tapi adzan rekaman kaset saja yang mungkin kaum di masjid lupa mematikan. Alhamdulillah, Aku bersyukur.

Sungguh sahur pertama yang sangat berkesan. Kepanikan bersahur ditengah pandemi nCoV.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun