Menulis itu jangan difikirkan. Tetapi menulis itu segera menuangkan ide ke media, bisa di laptop, hp, buku atau lainnya. Tak usah berfikir apa yang akan ditulis. Dari mana aku memulainya. Ah, kelamaan. Bisa-bisa, tak jadi menulis, gara-gara terlalu serius difikirkan.Â
Menulis itu mengalir saja. Seperti menuangkan air dari sebuah teko ke dalam gelas. Perlahan, nantinya juga akan memenuhi sebuah cangkir atau gelas itu sendiri. Tinggal diniati, yang dituangkan itu, apa sekedar air putih, air teh atau air lainnya.Â
Menulis tak harus mengenai sesuatu yang hebat, bombastis, fantastis. Tetapi menulislah dengan rasa keterpanggilan. Tentang apa saja, tak harus sesuatu yang biasa dikenal, disukai. Tetapi menulislah tentang sesuatu yang sedang ada di pikiran kita. Itu akan lebih mudah keluar dan tertuang dengan baik.
Seperti halnya, saat ini penulis sedang merasakan suatu kebahagiaan yang tak terkira, semisal mendapatkan rejeki yang tak terduga. Maka tulislah pengalaman itu. Pasti lebih mudah, lebih mengalir, bahkan deras bak aliran sungai pegunungan nan jernih. Tulisannya pun akan banyak terasa ghiroh dan spiritnya. Karena menulisnya memang didasari dengan perasaan hati yang sedang dirasakannya.Â
Beda halnya dengan orang yang serba berfikir terlebih dahulu sebelum menulis. Pasti lama, pikir sana-pikir sini. Tentang ini, itu, anu. Ironinya, kadang berujung tak jelas. Justru malah mengurungkan niat menulis.Â
Oleh karena itu, bebaskanlah diri saat hendak menulis. Menulis tidak didasari rasa beban. Menulis tidak karena mengharap sesuatu imbalan atau pujian semata. Melainkan, menulis itu tulus panggilan jiwa, tanpa pamrih tanpa imbalan apapun.Â
Menulis yang didasari rasa rileks dan lepas justru akan menghasilkan tulisan yang menarik. Tidak terkesan dibuat-buat atau dipaksakan, layaknya sebuah pesanan kue.Â
Tetapi meski bebas, tulis apa saja, ternyata menulis itu tak boleh asal nglakoni. Asal tulis, atau asal bunyi. Tetapi benar-benar hati-hati dalam melangkah. Sehingga nantinya tidak terpeleset atau tersandung masalah di kemudian hari.Â
Menulis tanpa berfikir itu bisa lepas, tetapi tetap harus berfikir positif serta semangat untuk merampungkan sebuah tulisan dengan baik. Untuk mendapatkan tulisan yang baik, berarti seseorang harus tetap memperhatikan kualitas diksi dan makna yang ada.Â
Berfikir sebelum menulis, justru membuang waktu dan energi. Sebaliknya, menulislah dengan hati yang bersih serta niat baik, semua akan mengalir dari kata perkata, alinea per alinea.Â
Imam Chumedi, KBC-28