Mohon tunggu...
khumaediimam
khumaediimam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Teruslah menebar kebaikan, karena kebaikan yang mana yang diridhai, tiada kita tahu

Menulis Atau Mati.....

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ramadan, antara Potensi, Prosesi, dan Prestasi Ketaqwaan

26 April 2020   11:50 Diperbarui: 26 April 2020   17:43 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Pribadi

Tujuan utama Allah SWT mewajibkan orang-orang beriman berpuasa, tiada lain agar menjadi orang-orang yang bertaqwa. Yakni menjadi orang yang taat dan patuh melaksanakan segala perintah Allah serta berusaha semaksimal mungkin menjauhi larangan-larangan Allah SWT. 

Kata beriman menjadi kunci utama dalam pelaksanaan ibadah puasa. Maka bagi mereka yang tak beriman, atau imannya lemah, berpuasa sungguh berat baginya. Maka, hari ini, masih banyak kita jumpai muslim yang tak melaksanakan ibadah puasa. Ironi.

Dalam konteks ketaqwaan seseorang, pada dasarnya setiap manusia, siapa saja, baik yang terlihat buruk atau pun baik secara kasat mata, tua-muda laki-laki maupun perempuan, miskin atau kaya, pastilah mempunyai potensi ketaqwaan, dan sebaliknya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Qur'an surat Asy Syams ayat 8: "Maka Dia mengilhamkan kejahatan dan ketaqwaannya. ".

Dengan memahami ayat tersebut, kita harus selalu waspada dan sadar diri, bahwa dalam pribadi siapa saja terdapat dua potensi, yakni baik dan buruk. Kita tidak bisa memvonis seseorang yang dipandang jelek, buruk amalnya, pasti seterusnya akan buruk pula. Tidak demikian. Kita lihat saja, sahabat Umar bin Khottob. 

Bagaimana buruknya perangai beliau sebelum masuk Islam. Tetapi Rosul penuh dengan kesabaran, tak pernah memvonis bahwa Umar akan buruk selamanya. 

Allah pun memberi hidayah kepadanya, hingga ia masuk Islam, dan menjadi salah satu Khulafaurrosyidin. Perangainya pun berbalik 180 derajat. Sungguh mulia, serta husnul khotimah akhir hayatnya.


Begitu pula dengan orang yang kita pandang baik, alim sekalipun. Belumlah tentu di akhir hayatnya baik pula. Kisah ulama besar bernama Barsiso cukup menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. 

Bahwa, kealiman, ibadah yang bagus, santri yang banyak dan hebat, tak menjamin akhir hayatnya husnul khotimah. Sebaliknya, Barsiso meninggal justru dalam keadaan su'ul khotimah karena berawal dari sifat iri, dengki yang menjerumuskannya pada dosa-dosa besar seperti mabuk, memperkosa wanita dan membunuhnya. Tragisnya justru di ahir hayatnya ia bersujud pada iblis yang telah menipu daya dirinya. Naudzubillah.

Oleh karena itu dalam menyikapi dua potensi besar yang ada dalam diri kita, sudah seharusnya kita harus mampu mengekang potensi jahat yang ada serta mengasah dan meningkatkan terus potensi ketaqwaan yang ada. Salah satunya yakni dengan meningkatkan potensi ketaqwaan kita di bulan suci Ramadan ini. Mari jadikan Ramadan sebagai bulan untuk menempa potensi-potensi baik demi menggapai berkah Ilahi.

Ramadan menjadi momentum prosesi mengasah ketaqwaan kita melalui berbagai macam ibadah yang dilipatgandakan pahalanya. Salah satunya yakni dengan melaksanakan sholat taraweh dan tadarus qur'an. Meski pelaksanaan taraweh dan tadarus qur'an kali ini tak seperti biasanya, lebih banyak dianjurkan di rumah.

Namun tidak mengurangi rasa kekhusyu'an kita dalam melaksanakannnya. Dengan sholat taraweh kita berserah diri, tunduk dan patuh dalam beberapa gerakan dan bilangan rokaat. Memohon ampunan atas segala dosa, serta memohon terlindung dari berbagai wabah dan bencana. Melalui tadarus qur'an kita mengaji dan mengkaji firman Allah SWT serta berusaha mengamalkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Prosesi menempa ketaqwaan di bulan Ramadan juga bisa dilakukan dengan meningkatkan kepeduliaan sosial kita. Bisa saling tolong menolong, berbagi dengan mereka yang sangat membutuhkan. 

Karena baik dengan sesama juga merupakan bentuk ibadah hablun minannaas. Puasa mengajarkan kita untuk mengasah hubungan baik dengan keduanya, yaitu baik hubungannya dengan sang Khaliq juga baik dalam hubungannya dengan sesama makhluq. 

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi
Prosesi mengasah ketaqwaan juga bisa diwujudkan dengan senantiasa baik dengan alam sekitar, menjaga keseimbangan ekosistem yang ada. Tidak membuang sampah sembarangan serta berusaha menjaga kelestarian lingkungan. 

Mari kita renungi bersama, sungguh betapa banyak orang yang baik ibadahnya, tetapi masih kurang peduli dengan lingkungan di sekitarnya. Membuang sampah sembarangan, menggunduli hutan, merusaki lautan. Sungguh Ironi. Padahal baik dengan alam juga merupakan ajaran Islam yang patut kita laksanakan.

Dengan menempa diri di bulan suci Ramadan tentu akan membuahkan suatu prestasi ketaqwaan tersendiri. Serangkaian prosesi ibadah yang telah dilaui di bulan yang penuh berkah ini akan membuahkan hasil untuk dapat dipetik di hari-hari lainnya selain Ramadhan. 

Prestasi inilah yang dijanjikan Allah SWT dengan sebutan muttaqin. Yakni mereka yang mampu melaksanakan segala perintah Allah baik lahir maupun batin serta mampu mengendalikan diri dari berbagai larangan-larangan Allah SWT.

Orang-orang yang bertaqwa inilah yang dijanjikan Allah dengan prsetasi tertinggi yakni sebagai para penghuni surga. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Qur'an Surat Ali Imran ayat: 133 :"Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa".

Imam Chumedi, KBC-028

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun