Hari itu, cuaca sangat terik. Matahari seolah tak mau memberi jeda, panasnya menyengat kulit. Namun, di depan Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta, saya bertemu dengan sosok yang penuh semangat dan energi luar biasa. Beliau adalah seorang ibu penjual minuman yang tetap gigih menjalani aktivitasnya meski panas menyengat. Dari perjumpaan singkat itu, saya mendapatkan banyak pelajaran hidup yang sangat berharga.
Saat pertama kali melihat beliau, saya langsung terkesan dengan semangatnya yang tak kenal lelah. Di tengah terik matahari, ibu itu tetap melayani pembeli dengan senyum ramah dan penuh kesabaran. Dengan sopan, saya menghampirinya sambil membeli minuman dan mulai bertanya, "Ibu namanya siapa dan orang mana, Bu?"
Beliau menjawab dengan santai, "Saya Tutik, asli sini, Mbak."
"Oh, dekat sini ya, Bu?"
"Iya, Mbak. Saya tinggal dekat Masjid Gedhe ini."
Percakapan kami pun berlanjut. Saya penasaran dengan perjalanan beliau berjualan, lalu saya bertanya, "Sudah lama, Bu, jualan di sini?"
Beliau menjawab, "Lumayan lama, Mbak. Sejak tahun 2018. Dulu saya sempat jualan sepatu dan sandal, tapi karena pandemi corona, usaha itu bangkrut. Akhirnya saya beralih buka warung minuman ini."
Saya pun tersenyum dan berkata, "Oh iya, Bu, saya juga lulusan corona, hehe."
Sambil membuatkan minuman pesanan saya, ibu itu mulai bercerita tentang keluarganya. Beliau memiliki tiga anak laki-laki. Anak pertama sudah lulus kuliah dan bekerja sebagai arsitek, anak kedua sedang bersiap masuk kuliah, dan yang bungsu masih duduk di bangku kelas 3 SD.
Perjuangan beliau untuk menghidupi keluarga dan membiayai sekolah anak-anaknya sangat luar biasa. "Jangan pernah mengecewakan orang tua, Mbak. Perjuangan mereka besar sekali untuk menyekolahkan anak-anak," pesan beliau dengan mata yang penuh haru.
Menariknya, anak kedua yang akan masuk kuliah itu juga pernah belajar berjualan. Namun, ibu itu tidak melarang. "Boleh kamu sambil mencari pengalaman kerja apa saja, tapi jangan meninggalkan sekolah. Sekolah itu sangat penting," katanya tegas.