Sementara di rumah kecil Pak Jaya, meski masih tergadai, setiap malam terdengar suara yang menembus keheningan kampung: lantunan ayat suci dari bibir anak-anaknya, doa lirih dari istrinya yang tak pernah absen mendoakan almarhum. Rumah sederhana itu tetap hidup oleh kasih, meski tanpa kemewahan.
Dan saat itu saya mengerti. Bukan karangan bunga, bukan papan kayu, bukan kemegahan yang akan bertahan setelah kita mati. Yang benar-benar abadi adalah doa dari hati yang mencinta, dan kasih sayang yang terus mengalir meski jasad telah tiada.
Bunga memang layu, papan memang runtuh. Tapi doa---ia tetap melangit, menembus malam, dan menjaga nama orang yang pernah kita sayangi agar tak pernah hilang dari ingatan.**
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI