Mohon tunggu...
Kholid Harras
Kholid Harras Mohon Tunggu... Dosen Universitas Pendidikan Indonesia

Pemerhati pendidikan, politik, dan bahasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cabaran Menulis di Era Post Truth

6 September 2025   07:11 Diperbarui: 6 September 2025   07:11 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah maraknya komunikasi digital, informasi kini berlimpah di jagat maya, membuat publik semakin sulit membedakan antara yang benar dan yang hoaks. Era post-truth menandakan sebuah kondisi di mana emosi dan keyakinan pribadi lebih memengaruhi opini publik daripada fakta objektif. Inilah tantangan terbesar bagi penulis saat ini---untuk tetap menjaga integritas di tengah banjir informasi yang sering kali tidak terverifikasi. Dalam konteks ini, menulis bukan hanya tentang menyampaikan informasi, tetapi juga tentang memfilter dan menyajikan kebenaran.

Di Indonesia, masalah ini semakin pelik. Edelman Trust Barometer 2022 mencatat bahwa Indonesia menempati posisi kedua dalam hal kepercayaan terhadap media, dengan angka mencapai 73%. Namun, meskipun angka ini tinggi, masalah utama yang dihadapi adalah kualitas berita yang semakin merosot. Banyak media yang terjebak dalam praktik clickbait, di mana berita hanya difokuskan pada judul sensasional tanpa substansi. Hal ini menyebabkan kebingungan di kalangan publik, yang semakin sulit membedakan informasi yang dapat dipercaya dari yang tidak.

Salah satu penyebab utama dari situasi ini adalah penggunaan media sosial sebagai sumber informasi utama. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Rosemarwati, ditemukan bahwa mayoritas penulis masih menjadikan media sosial sebagai referensi utama untuk menulis berita. Padahal, media sosial bukanlah tempat yang tepat untuk mencari informasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Banyak informasi yang tersebar di sana tidak terverifikasi dan cenderung bersifat subjektif, emosional, atau bahkan menyesatkan. Ketika penulis terlalu bergantung pada media sosial, kredibilitas mereka sebagai sumber informasi pun bisa dipertanyakan.

Menulis di era post-truth berarti lebih dari sekadar menyampaikan informasi. Ini adalah tantangan untuk tetap menjaga profesionalisme dan integritas sebagai penulis. Ketika media sosial dan platform digital lainnya terus berkembang, kita dihadapkan pada dilema antara kecepatan menyampaikan informasi dan kualitasnya. Banyak orang yang lebih memilih informasi cepat daripada yang benar. Fenomena clickbait dan judul sensasional membuat pola konsumsi informasi menjadi semakin dangkal. Hal ini berbahaya karena dapat membentuk opini publik berdasarkan informasi yang salah, bahkan ketika kebenaran sudah tersedia.

Namun, di sinilah peran penulis menjadi sangat penting. Penulis tidak hanya bertanggung jawab atas informasi yang mereka tulis, tetapi juga harus menyadari dampaknya terhadap pembaca. Dalam dunia yang penuh dengan hoaks dan informasi yang salah, penulis menjadi penjaga kebenaran yang dapat memandu publik untuk melihat mana yang benar dan mana yang tidak. Sebagai penulis, kita harus bertindak dengan kebijaksanaan dalam memilih sumber informasi, memverifikasi fakta, dan menyajikan berita dengan cara yang adil dan objektif.

Kepercayaan publik terhadap media, meskipun tinggi, tetap rentan terhadap manipulasi informasi. Oleh karena itu, menulis dengan integritas dan mematuhi kode etik jurnalisme adalah langkah penting untuk memulihkan kepercayaan tersebut. Penulis tidak hanya harus pandai dalam mengolah kata, tetapi juga tahu kapan harus menahan diri untuk tidak menyebarkan informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Ini adalah tantangan besar, tetapi juga kesempatan untuk memperlihatkan bahwa meskipun informasi bisa diselewengkan, kita masih bisa mengembalikan nilai-nilai kebenaran, keadilan, dan transparansi.

Menulis di era post-truth bukanlah tugas yang mudah, tetapi itu adalah panggilan untuk membuktikan bahwa meskipun dunia informasi terfragmentasi, ada ruang bagi kebenaran yang bisa dipercaya. Sebagai penulis, kita memegang peran penting untuk menjaga kualitas informasi dan menyebarkan kebenaran yang berlandaskan fakta. Ini adalah kesempatan untuk mengembalikan kepercayaan publik terhadap media dan menjadikan penulisan sebagai alat untuk membimbing masyarakat menuju pemahaman yang lebih baik dan lebih jujur.

Di dunia yang penuh kebisingan informasi ini, penulis memiliki peran ganda---menjadi penjaga kebenaran dan sekaligus pembimbing bagi pembaca. Dengan menjaga kualitas tulisan dan memastikan informasi yang disampaikan adalah akurat, kita dapat memperkaya masyarakat dengan pengetahuan yang bermanfaat dan relevan, bukan sekadar sensasi yang memuaskan hasrat sesaat.**

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun