Antara Ketulusan dan Rekayasa
Pertanyaannya: berarti semua yang ikut demo itu settingan? Bayaran? Tidak sesederhana itu. Mereka yang turun ke jalan, yang marah kepada pemangku kebijakan, banyak yang tulus. Tetapi ketulusan itu dijadikan bahan bakar. Rakyat menjadi pion dalam sebuah permainan yang lebih besar. Pertandingan sesungguhnya terjadi di atas panggung kekuasaan, bukan di aspal Senayan.
Refleksi
Sebagai seseorang yang pernah akrab dengan dunia demonstrasi, saya percaya bahwa suara rakyat tidak bisa direduksi hanya sebagai "alat". Namun pengalaman juga mengajarkan bahwa dalam politik, ketulusan seringkali direkayasa. Bara kemarahan rakyat bisa disulut, diarahkan, dan dimanfaatkan untuk tujuan strategis aktor-aktor bayangan.
Esensi refleksi dari demo 25-29 Agustus 2025 adalah ini: kita sedang hidup di era di mana perlawanan rakyat tidak bisa dipisahkan dari operasi informasi. Emosi yang asli bercampur dengan narasi yang dibuat-buat. Aspirasi tulus bercampur dengan kepentingan politik.
Rakyat tetap punya hak untuk marah, tapi mereka juga berhak tahu bahwa ada yang memainkan peluit di belakang layar. Tanpa kesadaran itu, rakyat hanya akan terus menjadi pion dalam permainan besar yang tak pernah benar-benar berpihak pada mereka.**
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI