Mohon tunggu...
Kholid Harras
Kholid Harras Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Pendidikan Indonesia

Pemerhati pendidikan, politik, dan bahasa

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Potensi K-Popers sebagai "Game Changer" dalam Mengantarkan Kemenangan AMIN

5 Januari 2024   09:56 Diperbarui: 5 Januari 2024   10:13 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
A Brief History of K-pop -- The Los Angeles Film School (lafilm.edu) 

K-Pop, musik populer Korea Selatan, tidak hanya menjadi fenomena global yang melibatkan jutaan penggemar di seluruh dunia, tetapi juga memiliki kekuatan budaya yang merambah ke ranah politik dan aktivisme sosial. Dengan fokus pada peran para penggemar K-Pop, atau "K-Popers," artikel ini akan mengulas  bagaimana mereka tidak hanya menikmati musik dan penampilan idola mereka, tetapi juga aktif dalam memobilisasi massa dan memengaruhi opini publik terkait isu-isu sosial dan politik, termasuk fenomena dukungan K-Popers terhadap Anies Baswedan sebagai Capres dalam Pilpres 2024.

Ihwal K-Pop dan Pengaruhnya

K-Pop atau musik populer Korea Selatan telah berkembang menjadi fenomena global yang melibatkan jutaan penggemar di seluruh dunia. Terlepas dari berbagai gaya dan genre musik mereka yang beraneka, istilah "K-Pop" yang populer pada tahun 2000-an mencakup berbagai musik populer atau musik pop dari Korea Selatan, dan secara kolokial merujuk pada industri hiburan dan idola di negara tersebut, tanpa memandang genre musiknya.

Namun yang perlu dicermati, kekuatan budaya K-Pop tidak hanya terbatas pada musik dan hiburan semata. Para penggemar K-Pop, dikenal sebagai "K-Popers," telah menunjukkan kemampuan mereka dalam memobilisasi massa dan memengaruhi opini publik pada isu-isu sosial dan politik. Mereka tidak hanya menikmati musik dan penampilan idola mereka, tetapi juga mengambil peran aktif dalam menyuarakan pendapat mereka. Dalam beberapa tahun terakhir, para penggemar K-Pop tersebut  telah menggunakan kekuatan dan pengaruh mereka dalam mendukung isu-isu sosial dan politik.

Salah satu contoh nyata aktivisme sosial dari penggemar K-Pop adalah pembentukan kelompok "K-Pop Idol for the Nation" di Korea Selatan pada tahun 2019. Grup ini terlibat dalam mendukung kandidat tertentu dalam pemilihan umum. Mereka menggunakan popularitas dan kekuatan jaringan sosial mereka untuk memobilisasi massa dan mempengaruhi hasil pemilihan.

Para penggemar K-Pop juga telah menjadi ahli dalam menggunakan media sosial seperti Twitter, Instagram, dan TikTok untuk memobilisasi massa dan menyebarkan pesan mereka. Mereka menciptakan dan menggunakan tagar (hashtag) untuk membuat pesan mereka mudah ditemukan dan menjadi trending.

Aksi kolektif para penggemar K-Pop di AS pada tahun 2020, saat mereka membanjiri tagar #WhiteLivesMatter dengan video rekaman penggemar (fancam) sebagai bentuk solidaritas, adalah contoh konkret bagaimana mereka dapat memanfaatkan media sosial untuk menyuarakan dukungan mereka.

Selain aktif secara daring atau online, para penggemar K-Pop juga terlibat dalam kampanye luring atau offline. Mereka mengadakan pertemuan, konser amal, dan acara penggalangan dana untuk mendukung isu-isu sosial dan politik tertentu. Aksi kreatif seperti memasang spanduk dan poster di tempat-tempat umum juga menjadi bagian dari upaya mereka untuk mempromosikan pesan dan menyebarkan kesadaran.

Selanjutnya, para penggemar K-Pop tidak hanya menyuarakan pendapat mereka, tetapi mereka juga terlibat dalam tindakan nyata dengan melakukan donasi untuk mendukung isu-isu sosial dan politik. Sebagai contoh, pada tahun 2020, penggemar K-Pop dari seluruh dunia menyumbangkan lebih dari $1 juta untuk gerakan #BlackLivesMatter setelah BTS dan Big Hit Entertainment menyumbangkan $1 juta ke gerakan tersebut. Selain itu, mereka juga melakukan donasi untuk gerakan #MeToo dan gerakan lingkungan hidup.

Berdasarkan uraian tersebut jelaslah bahwa kekuatan budaya K-Pop tidak hanya terbatas pada pengaruh musiknya, tetapi juga mencakup pengaruh besar dalam dunia aktivisme sosial dan politik. Para penggemar K-Pop tidak hanya menyukai musik dan idola mereka, tetapi juga menggunakan kekuatan jaringan sosial mereka untuk membuat perubahan positif dalam masyarakat. Dengan kombinasi kreativitas, solidaritas, dan tindakan nyata, para penggemar K-Pop terus membuktikan bahwa kekuatan budaya mereka dapat menjadi kekuatan positif dalam dunia yang terus berubah.

Dukungan K-Popers pada Kemenangan AMIN

Fenomena dukungan para penggemar K-Pop Indonesia terhadap pasangan Amin setelah Anies Baswedan beraktivitas di TikTok pada penghujung tahun 2023 menunjukkan potensi menjadi "game changer" dalam politik Indonesia. Dukungan ini dianggap sebagai faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemilihan umum, termasuk dalam konteks Pilpres 2024. Bagi Anies, mendapatkan dukungan K-Popers menjadi peluang strategis yang dapat menciptakan perubahan signifikan dalam peta politik.

Dukungan dari komunitas K-Pop Indonesia untuk Anies Baswedan mulai menguat setelah Anies berpartisipasi dalam live streaming perdana di media sosial TikTok pada Kamis, 28 Desember 2023. Sejak saat itu, akun @aniesbubble di platform tersebut menjadi pusat perhatian dan meroket menjadi trending topic dalam perbincangan netizen pada 29 hingga 31 Desember 2023.

Fenomena ini membawa istilah "Anies Bubble" atau aniesbubble yang mencerminkan cara para penggemar K-Pop memperlakukan Anies seperti idol Korea. Ini menciptakan konsep K-Popfication atau selebritisasi politik, di mana Anies dianggap sebagai sosok selebriti politik yang memanfaatkan media sosial untuk terhubung dengan pendukungnya.

Para pengamat menyatakan bahwa dukungan dari para K-Popers dapat menjadi kekuatan strategis dalam pemasaran politik, bukan hanya melalui social media marketing, tetapi juga melalui algoritma. Selebritisasi politik, seperti yang terjadi dengan Anies, memungkinkan politisi untuk terkoneksi dan berinteraksi secara lebih mendalam dengan konstituennya. Dalam konteks ini, penggemar K-Pop dianggap sebagai elemen yang memperkaya interaksi politik dengan cara yang lebih dinamis.

Dengan menciptakan akun @aniesbubble, Anies berhasil mendapatkan identitas khas yang mencerminkan keterlibatan aktifnya dalam dunia media sosial. Nama "Bubble" bukanlah kata asing bagi penggemar K-Pop, karena merupakan nama platform yang sering digunakan oleh idol K-Pop untuk berinteraksi dengan penggemar mereka. Anies pun mendapatkan emoji atau ikon sendiri, yakni burung hantu, sebagai ciri khasnya, mirip dengan ikon-ikon yang digunakan oleh idol K-Pop.

Sejauh mana pengaruh dukungan K-Popers terhadap elektabilitas pasangan Anies dan dampaknya dalam mengantarkan pasangan Anies memenangi Pilpres 2024 masih harus dibuktikan. Namun, dengan fenomena K-Popfication yang terjadi, peluang kemenangan Anies Baswedan tampaknya semakin terbuka. Hari H perhelatan Pilpres 2024 akan terjadi dalam satu bulan mendatang, dan peran K-Popers diharapkan dapat menjadi faktor penentu yang signifikan dalam arah politik Indonesia.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun