Mungkin yang lebih baik masih di siapkan tuhan."
Kami duduk berselonjoran di ruang santai rumah. Memang ada senggang di sana. Meski kadang kami memaksakan tawa dan candaan, tetap saja kebekuan itu terasa.Â
Sejak peristiwa hajat yang tak sampai itu, terasa ada hal yang hilang di rumah ini. Satu hal yang sebenarnya sangat penting: ketulusan senyum dan keikhlasan menemani.sepenuh raga dan jiwa , serta hati.
Tiga hari setelah istikharah itu, suatu waktu, kakakku datang dan berkata dengan nada marah, " imron! Ternyata dia seorang penghianat. Penjilat. bajingan.."
Kata kata nya terhenti.aku tak pernah melihat kakakku mengamuk seperti ini.
" Sebentar, kak. Ini kenapa?"
" Dia sudah tunangan. Dengan teman kampusnya sendiri. Kira kira masuk akal gak, ada orang kenal baru tiga hari, di ajak tunangan langsung mau..!"
Aku diam saja.
" Tidak ada, ron. kalau pun ada itu hanya sepersekian rendah dari sebagian kecil dalam panggung drama hidup ini."
Aku diam saja.
"Yang membuat aku heran dan marah, ternyata dia tunangan dengan seniornya sendiri di UNIBA. Padahal setiap aku dan dia ada masalah, kita sering minta saran pada seniornya itu. Dia baik, sudah aku anggap sebagai kakak sendiri. Tapi..."