Curut!
Kata itu meluncur dari bibir dengan lembut seperti kerupuk yang renyah di meja makan, menggoda jiwa yang sedang menikmati hari pada kehidupan yang damai dan biasa saja.
Di ruang penyimpanan bawah tanah, curut-curut berkumpul membahas remah-remah terbaik hari ini. "Roti sudah habis," kata mereka sambil menggigit kabel charger usang, "tapi baterai masih 100%, jadi santai saja."
Aku bertemu curut bernama Jono, dia bilang mencari makanan mendahului tidur siang, tapi kenapa dia masih membawa serpihan plastik dan scrolling foto kucing lucu jam 3 pagi?
Curut zaman now beda dengan curut zaman old, mereka sudah pakai earphone kecil, memposting foto keju sebelum dimakan. #CurutLife #PencariRoti #SiapTidur
"Hidup itu seru," bisik curut yang ceria, sambil menyeruput air mineral seharga 5 ribu di sudut dapur yang hanya disinari lampu remang-remang, untuk menjaga ketenangan dan kenyamanan.
Jadi begitulah, curut telah berevolusi dari sekadar hewan pengerat menjadi simbol ketenangan, sebuah observasi terhadap dunia yang damai, dikemas dalam tubuh mungil berbulu.
Sanggar Literasi CSP [cahsorpring], Jumat, 26-09-25
khoeri abdul muid
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI