Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Infobesia

Bertugas di Gabus, Pati, Jateng. Direktur sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. Redaktur Media Didaktik Indonesia [MDI]: bimbingan belajar, penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah bereputasi SINTA. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Tahta [3]

4 September 2025   17:45 Diperbarui: 4 September 2025   17:45 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ide ilustrasi by kam

Ambisi Patih Condrolayu kian membara. Rasa cintanya pada Ratu Subokartiko telah berubah menjadi nafsu untuk memiliki sekaligus menguasai. Diam-diam ia berguru pada Raden Mambangkorong, mempelajari ilmu gaib "Jarangkaning", ilmu hitam yang memberi kekuatan besar untuk menundukkan lawan.

Dengan kekuatan baru itu, Condrolayu menjalankan siasat liciknya. Bersama Mambangkorong, ia mendatangi Prabu Kamesworo dan Ratu Subokartiko yang tengah bersenda gurau. Dengan rayuan halus dan tipuan cahaya ilusi berwarna-warni, ia memohon agar Ratu kembali ke Bantarangin. Ilusi itu seakan mempesona mata, mengaburkan nalar.

Ia bahkan memerintahkan Patih Handonopati untuk mengantar Ratu, seolah menyerahkan nyawanya demi kesetiaan. Namun, di tengah perjalanan, angin lesus sakti "Sindhungriwut" kiriman Mambangkorong mengamuk. Ratu Subokartiko tercerai-berai, ketakutan, seakan sedang diculik oleh seekor macan gaib.

Handonopati yang berusaha menyelamatkan justru diserang. Anehnya, Ratu Jin Nilosari---yang dulu ditaklukkannya---muncul kembali. Bukannya menjerumuskan, ia justru menolong Handonopati, sebab benih cinta dalam hatinya belum padam.

Di sisi lain, teka-teki yang diberikan Mayangrani terus menghantui Raden Danomoro. Handonopati, dengan kebijaksanaan barunya, berani menjawab:

  1. Jumlah bintang di langit sebanyak rambut dan bulu di tubuh manusia.
  2. Segala benda aneh muncul dari dua pilihan: kebaikan yang membawa kebahagiaan atau keburukan yang mendatangkan kehancuran.
  3. Pusat bumi tidak lain adalah diri manusia sendiri.

Jawaban itu mengguncang hati banyak orang. Seolah ada rahasia besar yang terkuak, tentang jati diri dan pusat kekuasaan kehidupan.

Namun, apakah jawaban itu cukup untuk menghentikan intrik Condrolayu? Ataukah justru menjadi awal peperangan besar yang tak terhindarkan?

---Bersambung ke Bagian 4---

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun