Keinginan tetaplah keinginan. Sekalipun itu hal positif, ia dapat menumpuk seperti pakaian yang dipakai makin tebal melekat di tubuh seseorang, maka akan semakin memberatkan badan.
"Beda, kenapa kau mengenakan dastermu berlapis-lapis?" tanya seorang anak perempuan yang sering bermain di halaman rumah Zubaidah tetangganya.
Zubaidah, yang lebih dikenal dengan sapaan "Beda," tertawa lepas. Tawanya khas, seperti anak kecil yang menemukan kesenangan di tengah keramaian.
Sambil berlari-lari kecil di halaman Masjid Beda menjawab, "Kan sambil ngejemur sekalian, Peh."
Ipeh tertawa kecil juga, meski dalam hatinya ada rasa kasihan yang tak bisa ia ungkapkan. Daster-daster yang dikenakan Beda tampak lembap, bahkan bagian bawahnya sebagian masih basah. "Tapi kenapa harus dipakai semua?"
Ipeh penasaran. Juga bingung. Di balik senyum dan tingkah polah Beda yang tampak lucu, namun ada sesuatu yang membuat hati Ipeh terasa getir.
Tiba-tiba, Beda menoleh dan bertanya dengan polos, "Peh luu mau lihat gue telanjang yukk!!"
"Opzz! Jangan, jangan!" seru Ipeh gugup.
Sambil mengikuti di belakang langkah Beda. Ada sedikit rasa penasaran, karenanya Ipeh ingin memastikan, apa yang akan dilakukan Beda.
"Ih, aku mau bersih-bersih, mau mandi. Tentunya harus buka baju dulu, dong, hi hi hi" jelas Beda sambil mencopot satu per satu dasternya, dan semuanya ketika Ipeh lihat terhitung ada sepuluh lapis daster yang Beda lepas dari badannya.
Ipeh bingung. Menatap Beda lama dengan seksama. Antara tak percaya dan tak tahu harus berbuat apa..
Ia ingin menolong, tapi tak tahu bagaimana. Maka yang bisa ia lakukan hanyalah satu hal: memberinya perhatian, sebisanya dan semampunya. Paling tidak Ipeh bisa menjadi saksi dan juga bisa belajar dari apa yang diilihatnya, bahwa ia akan menjadi orang yang tak ingin dan tak mudah menghakimi siapa pun meski terhadap orang gila sekalipun. Meskipun gila dalam pandangan umumnya mata.
Beda memang terlihat tak biasa. Tapi siapa yang benar-benar bisa menilai kewarasan orang lain ?
Mungkin, di dunianya yang begitu sederhana, Zubaidah justru sedang menjaga kewarasnya sendiri..
So kewarasan bukan untuk dihakimi, melainkan untuk dikenali setiap pribadi..
Sepakat.....??.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI