Di sebuah rumah, seorang istri ingin berbicara kepada suaminya yang sedang serius menonton televisi. Ia tahu, bila langsung bicara begitu saja, akan memecah konsent suaminya, karena tidak ingin menganggu. Istri pun izin dahulu bertanya dengan lembut:
"Abang mau bicara sebentar bisa?"
Suami pun langsung meletakkan repot TV dan menolehkan badan menghadap ke istri, lalu menjawab penuh perhatian:
"Ya, boleh katakan, ada apa?"
Istri pun menyampaikan kebingungannya. Suami mendengarkan, bukan sebatas indranya, melainkan dengan hatinya memberi ruang, lalu menambahkan masukan-masukan yang positif yang dapat membesarkan hati istri
Dari kejadian sederhana itu, terlihat bahwa hubungan yang baik lahir dari kesadaran, penghargaan, dan empati. Cara kita memulai percakapanpun akan menentukan arah respon yang muncul nantinya.Â
Maka, ketika kesenangan atau hal yang tidak diinginkan kita datang, kita perlu menyadari peran diri kita di dalamnya. Saat kesal pada pasangan atau anak, atau siapa pun di luar diri, ingatlah ada gambaran kita yang ikut mempengaruhi situasi di dalamnya. Membawa sabar dan tenang akan membuat kita mampu melihat, bahwa setiap orang sedang berada dalam halnya dan setiap anak tentu dengan proses pemahamannya juga. Setiap anak, mereka semua menyimpan potensi besar yang jika diarahkannya dengan cara baik dan benar tentu akan bermanfaat untuk semua.
Dengan kesadaran ini, perselisihan apa pun yang terjadi di sekitar tidak harus berakhir dengan kemarahan, luka. Terlebih lagi rasa dendam. Â
Sepatutnya kita bisa tetap menunjukkan kasih sayang, empati, dan kepedulian yang menjadi setiap perbedaan sebagai jalan untuk tumbuh dan berkembang bersama dalam meraih kasih-Nya
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI