Pada tanggal 30 hingga 31 Mei sampai 1 Juni 2025, mahasiswa mengikuti program kuliah terpadu di Desa Jambuwer. Kegiatan ini dilaksanakan di Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang, dan menjadi pengalaman belajar yang sangat berbeda sebelumnya. Mahasiswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga langsung dari narasumber yang hidup dalam tradisi kesenian lokal setempat. Salah satu tokoh penting yang hadir adalah Bapak Sumarsono, sebagai pimpinan dan pembina kesenian Jaranan Turonggo Setho.
  Pengalaman kuliah terpadu ini sangat berkesan dan tak terlupakan karena belajar langsung dari kehidupan nyata masyarakat desa. Mahasiswa juga berkesempatan merasakan budaya lokal secara langsung, yang membuat pembelajaran terasa lebih bermakna. Tujuan utama dalam menggali mitos kebudayaan adalah untuk melestarikan nilai-nilai budaya yang diwariskan oleh para leluhur.
  Mahasiswa belajar memahami cara pandang serta kebijaksanaan masyarakat lokal dalam memaknai kehidupan melalui kisah dan tradisi. Dengan menggali mitos, kita tidak hanya menjaga cerita lama, tetapi juga membangun kesadaran budaya yang kuat bagi generasi sekarang. Hal ini penting agar generasi muda tidak melupakan akar budaya dan mampu menghargai kearifan lokal sebagai jati diri bangsa.
  Generasi muda perlu mengenal cerita rakyat daerah karena di dalamnya terkandung nilai moral, sejarah, dan kearifan lokal. Cerita rakyat membantu generasi muda memahami identitas budaya mereka dan menumbuhkan rasa bangga terhadap daerah asal. Dengan mengenal cerita rakyat, generasi muda juga bisa menjaga warisan leluhur agar tidak hilang oleh perkembangan zaman. Cerita rakyat mengajarkan generasi muda untuk menghargai keberagaman budaya Indonesia yang kaya, unik, dan penuh makna.Â
  Cerita rakyat yang kami gali dari warga Desa Jambuwer adalah kesenian jaran kepang Turonggo Setho yang sangat menarik. Proses mendapatkan cerita rakyat tersebut dilakukan melalui wawancara dan observasi langsung dengan para tokoh masyarakat. Hasil dari wawancara dan observasi tentang kesenian Jaranan akan dijelaskan secara lengkap dalam bagian berikutnya.
Asal Mula dan Sejarah Kesenian Jaranan Turonggo Setho
  Menurut penuturan Bapak Sumarsono, kesenian Jaranan di Desa Jambuwer adalah warisan budaya turun-temurun dari para leluhur. Para pemain Jaranan berasal dari warga lokal dan masyarakat sekitar yang bersemangat melestarikan budaya tradisional ini. Latihan dilakukan secara bergantian dengan tari topeng karena tempat latihan digunakan bersama untuk kedua kesenian tersebut. Pertunjukan Jaranan dilakukan atas undangan atau tanggapan dari masyarakat yang ingin menggelar acara budaya tradisional.
Mitos dan Ritual dalam Kesenian Jaranan
1. Mitos Kesurupan: Bukti Kehadiran Roh Gaib
Salah satu mitos paling dikenal dalam kesenian Jaranan adalah kesurupan penari saat pertunjukan berlangsung di atas panggung. Penari sering bertingkah di luar nalar atau melakukan aksi ekstrem yang diyakini karena dirasuki roh dari alam gaib. Masyarakat percaya kejadian tersebut bukan hanya sugesti semata, melainkan benar-benar dipengaruhi oleh kekuatan gaib.