Mohon tunggu...
Khaylla Adellia
Khaylla Adellia Mohon Tunggu... Mahasiswa

saya gemar membaca dan menonton film.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Menyelami Mitos Kesenian Jaran Kepang Desa Jambuwer

2 Juni 2025   13:21 Diperbarui: 2 Juni 2025   15:32 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dokumentasi latihan jaranan/dokpri

Pada tanggal 30--31 Mei hingga 1 Juni 2025, mahasiswa mengikuti program Kuliah Terpadu. Bertempat di Desa Jambuwer, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang. 

Dalam kegiatan, peserta tidak hanya belajar dari teori, tetapi langsung dari narasumber yang menjadi bagian hidup dari kesenian lokal. Salah satu tokoh penting yang hadir adalah Bapak Sumarsono, selaku pimpinan sekaligus pembina kesenian Jaranan Turonggo Setho. 

Asal Mula dan Sejarah Kesenian Jaranan Turonggo Setho

Menurut penuturan Pak Sumarsono, kesenian Jaranan yang berkembang di Desa Jambuwer merupakan warisan budaya yang diturunkan secara turun-temurun dari para leluhur. Para pemain Jaranan berasal dari warga lokal dan masyarakat sekitar yang semangat melestarikan budaya.

Latihan dilakukan secara bergantian dengan tari topeng, karena tempat latihan menjadi satu antara dua kesenian tersebut. Pertunjukan dilakukan berdasarkan undangan atau tanggapan dari masyarakat. 

Mitos dan Ritual dalam Kesenian Jaranan

1. Mitos Kesurupan: Bukti Kehadiran Roh Gaib

Salah satu mitos paling dikenal dalam kesenian Jaranan adalah kesurupan. Dalam tradisi ini, para penari bertingkah di luar nalar atau melakukan aksi ekstrem. Diyakini bukan hanya karena sugesti, tetapi karena benar-benar dirasuki oleh roh dari alam gaib.

2. Ritual Sebelum Pentas

Sebelum pertunjukan dilakukan ritual sebagai bentuk permohonan izin kepada leluhur dan penjaga alam gaib agar acara berjalan lancar tanpa gangguan. Ritual dilakukan pada malam sebelum pertunjukan. Ritual melibatkan para penari dan pawang atau sesepuh yang melakukan: Doa bersama, membakar kemenyan atau dupa, dan melafalkan mantra Jawa atau doa khusus untuk keselamatan

3. Ritual Urak Sesaji Setelah Pertunjukan

Setelah pementasan selesai, dilakukan ritual Urak Sesaji pada saat kalapan. Urak Sesaji yaitu pembagian sesajen kepada para penonton. Sesajen diletakkan di tempat tertentu, seperti di tengah arena atau di dekat gamelan. Dalam kepercayaan masyarakat, sesajen seperti kelapa yang dipecah atau buah pisang yang dibagikan dipercaya memiliki khasiat penyembuhan untuk sakit ringan. 

Selanjutnya, dilakukan penutupan energi oleh pawang untuk menetralkan suasana dan mencegah hal-hal gaib ikut terbawa pulang oleh penari atau penonton

Pengalaman di Jambuwer membuat saya sadar, bahwa budaya itu hidup dan tidak bisa dipelajari hanya dari buku. Kesenian Jaranan bukan cuma soal menari dengan kuda-kudaan atau kesurupan. Di balik semua itu, ada rasa hormat yang mendalam kepada para leluhur dan alam. 

Melalui tangan-tangan seperti Pak Sumarsono dan masyarakat Desa Jambuwer, budaya ini tetap dijaga dan diteruskan. Dan bagi kami, generasi muda, pengalaman ini bukan hanya jadi tugas kuliah, tapi pelajaran yang sangat berharga dan tak terlupakan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun