Mohon tunggu...
Khasbi Abdul Malik
Khasbi Abdul Malik Mohon Tunggu... Guru - Gabut Kata.

Panikmat Karya dalam Ribuan Tumpukan Kertas.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Terima Kasih, THR Samber 2020

30 Mei 2020   07:00 Diperbarui: 30 Mei 2020   07:34 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
event.kompasiana.com

Klik di laman kompasiana.com, ternyata ada Event Blog Compotition yang sebenarnya tidak berniat untuk ikut, namun pada akhirnya ingin mencoba. Semenjak tahun 2017 lamankompasiana.com/khasbielmaliki sudah aktif ngeblog. Berawal dari kisah pilu menulis di blogspot, dan kemudian beralih ke kompasiana.

Terima Kasih, kompasiana.com karena dalam Event ini bukan hanya sekedar mengejar hadiah utama 10 jt, atau paling tidak mendapatkan hadiah ke 2, 3, 4, dan kejutan hadiah mystery topic. Tetapi lebih dari sekedar Event berhadiah yang pernah aku ikuti.

Ketika dimulai dari tanggal 27 April, aku mencoba sejenak mencari ide untuk menuliskan artikel pertama bertema "Harapan pribadi untuk ramadan 2020," kebanyakan dari semua tulisan di Event Blog Samber 2020 berdasarkan pengalaman pribadi Ramadan.

Berjalannya waktu, aku menikmati semua tema yang disajikan oleh tim kompasiana. Bahkan, ada satu artikel yang membuatku khawatir, karena merasa tidak masuk dalam kategori lomba atau tidak sesuai dengan tema.

Kasusnya, artikel yang aku sajikan itu tidak disertakan dengan tanda kunci hijau sebagai lebel bahwa artikel ini telah dikunci dan tidak bisa diedit atau dihapus. Kekhawatiran ini muncul, akhirnya aku putuskan untuk menulis ulang, lalu upload.


Ternyata, setelah aku sajikan artikel kedua dalam satu tema. Barulah muncul tanda pada artikel pertama. Aku benar-benar khawatir jika ada satu artikel yang tidak masuk kategori tema. Karena berakibatkan gugur dalam Event ini.

Perjalanan menulis satu bulan non stop bersama kompasiana, mengajarkan diri ini untuk tetap kreatif berfikir dalam menulis. Prinsip mendasar ketika itu adalah "Menulislah dari sudut pandang yang berbeda." Ya, walaupun dalam implementasinya tidak semudah itu. Berproses.

Di sela-sela menulis di kompasiana, sesekali melakukan perbandingan dengan kompasianer lainnya dalam menyajikan tulisan. Yang paling belum bisa saat ini di kompasiana yaitu tembus dalam kategori atrikel utama. Belum mendapatkan celah.

Meskipun demikian, potensi untuk mengembangkan kualitas tulisan sebenarnya ada. Hanya saja belum terbiasa. Perlu pengulangan berkali-kali dengan menulis, menulis, dan terus menulis. Bentar, jangan lupa juga amunisinya dengan "Membaca."

Selain mensyukuri nikmat Allah dengan merayakan kemenangan Ied Mubarak, dan berdamai dengan diri sendiri. Juga bersyukur atas terpenuhinya semua artikel dalam Event THR Samber 2020. Thanks so Much kompasiana.

Sebagai penutup dalam Event ini, izinkan atas nama pribadi menyajikan ulasan singkat semua artikel dalam satu bulan penuh, semoga dapat bermanfaat untuk semua pembaca:

1. Tiga Sederhana Harapan Anak Rantau

Dalam sajian ini, penulis berusaha menguraikan tiga harapan sederhana di tengah pandemi. Ketiga itu meliputi; pulang kampung, wisuda pascasarjana, dan buku sejarah lembaga. Namun, yang paling menyedihkan dari ketiga adalah gagal pulang kampung lantaran ingin menjaga keluarga di rumah dari pandemi.

2.  Hidup Sehat: Mindset dan Pencegahan Lebih Diutamakan

Tulisan ini berusaha mengajak para pembaca untuk selalu merubah mindset negatif menjadi positif. Karena hal ini sangat berpengaruh dalam kesehatan dan perilaku sehari-hari. Tidak disadari, bahwa tulisan ini merupakan jalan kesuksesan bagi setiap orang.

3. Petani, Rajanya Komoditas Pangan

Kalian tahu, siapa raja yang sebenarnya di negeri ini? Dia tidak lain adalah "Petani." Tidak semua sadar akan hal ini, karena petani masih diperlakukan rendah. Masih dipermainkan harga jualnya oleh kepentingan elit. Padahal, jantung penghidupan manusia itu dari petani.

4. Surau Tempat Kembali dan Terlahirnya Orang-Orang Hebat

Tulis ini berangkat dari sebuah majelis ilmu, belajar "Iqra" bersama anak-anak kampung yang jauh dari pemahaman agama. Tidak kita sadari, ternyata kesuksesan banyak orang berawal dari sebuah surau, dan doa-doa guru ngaji dulu. Karena di sana ada guru yang ikhlas mengajarkan ilmu walaupun sebatas satu huruf.

5. "Kaya" dengan Bersilaturahim

Salah satu rahasia menjadi orang kaya adalah Bersilaturahim. Tidak sebatas hanya hanya gigih dalam bekerja, itu tidak cukup. Karena, ketahuilah bahwa rahasia kaya bukan pada diri kita sendiri. Tetapi, ada peran orang lain yang ikut serta dalam proses kita. Maka, jagalah silaturahim sesama keluarga, kerabat, dan sahabat.

6. Terhipnotis Saat Belanja

Bagi penikmat shopping, hal ini yang paling ditakutkan yaitu kalap saat belajar. Ketahuilah, bahwa trik-trik para penjual telah dilakukan untuk menghipnotis para pengunjung. Karena pada faktanya, banyak orang terhipnotis dan lupa catatan belanja.

7. Video | "Mi" Kebersamaan

Video disertakan sebuah kisah kebersamaan ini dikutip dari kehidupan anak rantau di Pulau Sumatera Riau. Sederhana sekali sajian ini. Bahkan, jika dilihat dari menu yang kita tawarkan, ini merupakan hal biasa. Namun, penulis berusaha mengutip dari sudut pandang berbeda, yaitu kebersamaan.

8. "Ngabuburit" Kali Ini, Peluang Menimba Ilmu

Saat pandemi ini berlangsung, semua kegiatan serba dirumahkan, bahkan Ngabuburit pun terpaksa harus di rumah. Tetapi, bagi kaum milenial penikmat gadget bisa bertahan lama di depan layar. Maka, ini salah satu peluang untuk menimba ilmu baru dari para influence tanah air yang berbagi pengalamannya lewat sosmed.

9. Gagal Pulkam, Berharap Gapai Ridho Ibu

Catatan ini, murni dari sebuah kisah pengalaman pribadi di tengah pandemi. Ketika anak rantau dituntut harus pulang untuk bersimpuh di kaki sang ibu. Namun, pada tahun ini gagal lantaran banyak pertimbangan yang harus dipikirkan matang-matang.

10. Sirup Marjan Sajikan Purbasari dan Lutung Kasarung

Bingung sejujurnya saat diberikan tema ini, bahkan langsung mencari di internet terkait iklan marjan di bulan ramadan tahun ini. Dua kali menonton iklan marjan Purbasari dan Lutung Kasarung, baru bisa dituliskan. Karena kita tahu, menulis itu seni walaupun dikutip dari berbagai sumber.

11. Ramadan dan Waisak Saatnya Menjemput Kebajikan

Sebagai alumni mahasiswa Ushuluddin SAA, hal yang berkaitan dengan perbedaan keyakinan sudah menjadi mata kuliah harian. Ketika disajikan dua keyakinan yang berbeda, ini menjadi tantang penulis sendiri agar tidak menyinggung prihal sara. Tetapi, tetap memberikan batasan-batasan yang bersangkutan dengan tauhid.

12. Kebahagiaan yang Tersampaikan

Tulisan ini dari hasil inspirasi saat melakukan kegiatan sosial di kampung sekitar. Karena menurut catatan pemerintah desa ada beberapa masalah pangan di kampung sekitar lantaran pandemi. Bagi kami yang masih bisa menikmati sesuap nasi, merasa bertanggung jawab atas mereka yang terkendala prihal ekonomi. Hal ini merupakan kebahagiaan sendiri bagi kami.

13. Rekomendasi Film: "5 cm," Satukan Impian, Persahabatan, Cinta, dan Keyakinan

Bingung sebenarnya, ketika harus menyajikan rekomendasi film. Karena sang penulis jarang sekali menonton film. Pernah, tetapi tidak menjadi hiburan atau hobi utama. Akhirnya, sajikan saja film lama yang dahulu pernah terkenal di zamannya, dan menimbulkan beberapa kontroversi di kalangan pendaki. Ya, berusaha sajikan dari sudut pandang yang menarik.

14. Turnamen Bulu Tangkis, Satukan "Ukhuwah" di Bulan Ramadan

Di sela-sela pandemi, tim bermukim alias tidak pulang kampung merencanakan turnamen bulu tangkis. Bukan sekedar mengisi kegiatan di bulan ramadan, tetapi juga sebagai ajang satukan ukhuwah sesama tim pekerja dan guru.  Cukup menarik turnamen yang kami selenggarakan.

15. Toleransi Sajian Salad Buah Saat Berbuka Puasa

Tema ini juga, sedikit tertantang karena harus menyajikan sajian yang sebenarnya tidak pernah penulis lakukan. Tetapi, penulis mencoba menggali dari sudut pandang favorit pribadi yaitu Salad. Kemudian diolah dengan buat lokal khas daerah setempat. Sajian buah salad ini tetap melihat sudut toleransi kawan satu rumah yang kebetulan tidak begitu menyukai salad.

16. Nostalgia Ramadan: Trompet Sahur 7 Tahun Silam

Anak pesantren itu, pemilik seribu nostalgia ramadan. Ketika menuliskan tentang ini, spontan mengingat trompet sahur Ramadan saat nyantri dulu. Paling terkenang, dan tidak akan pernah terlupakan.

17. Kado Lebaran: Online atau Offline Tidak Masalah

Sebenernya sulit menuliskan tentang ini, karena bagi penulis sendiri kado yang terbaik saat lebaran adalah pulang kampung. Tetapi, penulis coba sajikan dengan sudut pandang yang tidak kontroversial antara online dan offline. Karena belanja online atau Offline jangan terlalu dipermasalahkan.

18. Cerpen Ramadan: "Sarung"-an Go International

Ide ini berangkat dari sebuah kisah nyata ulama Nusantara yang go internasional, yaitu syekh Nawawi al-Bantani. Kalau di dalam kamus Munjid, tercantum Nawawi al-Jawi. Beliau tingkat keilmuan sebagai ulama Nusantara sudah diakui di Haramayn. Maka, penulis coba ilustrasikan dengan kemasan cerpen dan berbeda tokoh. Tetapi esensinya tidak mengurangi dari kisah nyata sosok Syekh Nawawi al-Bantani.

19. Sang" Raja" Bertemu "Putri Salju" di Hari Raya

Ketika kue lebaran hanya disajikan atau diceritakan begitu saja menurut penulis masih kurang menarik. Dengan demikian, penulis mencoba ambil dari sisi ilustrasi hari kemenangan dengan sebuah kedudukan raja sebagai hadiahnya. Jadilah judul seperti ini.

20. 3 Tips Mudik Jalur "Tol Langit"

Judul ini terinspirasi dari ungkapan Kyai Maruf Amin saat debat capres dan cawapres tahun lalu. Namun, isi kandungannya tidak sama sekali menyinggung diksi yang digunakan oleh Kyai Maruf. Karena yang diangkat hanyalah tips bermudik online lantaran pandemi.

21. Tausiah Ramadan: Tukang Parkir Vs Lamborghini

Tulisan ini sebenarnya hanya sebagai pengingat diri sendiri untuk tetap memaknai hidup sesuai ketentuan Allah. Akan tetapi, penulis analogikan dari dua sudut pandang yang berlawanan. Semoga tulisan ini, bisa menjadi titik balik ketika kita lalai hakikat dari hidup di dunia ini.

22. Tradisi Indramayu: Munggahan, Obor Keliling, dan Pesantren Kilat

Berangkat dari daerah kelahiran, penulis coba mengemas beberapa poin penting yang pernah terjadi menjelang Ramadan. Walaupun, jika dihitung umur ini lebih banyak dihabiskan untuk merantau. Dibandingkan dengan menikmati tradisi-tradisi di kampung.

23. Sambut Idul Fitri | Gumpalan Daging itu Bernama "Hati"

Menyambut hari raya idul fitri dengan kelapangan hati itu lebih penting, dibandingkan dengan melakukan tradisi membeli baju baru. Walaupun, di tengah pandemi ini idul fitri hanya sebatas lingkungan rumah saja.

24. Sambut Kemenangan di Hari Kebangkitan Nasional

Hari Kebangkitan Nasional kali ini sebagai ajang menyambut kemenangan di hari raya Idul Fitri 1441, tidak pantang menyerah di tengah pandemi, harus tetep optimis. Ini sebagai semangat juang bangsa untuk tetap merdeka sampai kapan pun.

25. Kesadaran Diri Tidak Mudik Tahun Ini (Artikel Pertama)

Artikel ini berangkat dari sebuah berita yang sedang ramai di permukaan yaitu pemudik sedang ramai di Bandara. Kesadaran di tengah pandemi sangat penting untuk memutus tali Covid-19.

25. #JanganMudikDulu, Teringat Mudik Terpaksa Tahun Lalu (Artikel Kedua)

Mudik tahun lalu sempat gagal, namun karena ada kabar duka bahwa ibu sakit, dan terpaksa harus mudik. Begitu juga dengan kisah mudik tahun ini, terpaksa #JanganMudikDulu untuk memutus rantai Covid-19. Walaupun keinginan untuk mudik sangat tinggi sebagai anak rantau, sederhana sekali hanya untuk sungkem ke ibu. Sudah itu saja.

27. Saat Pertikaian Keluarga, Ulurkan Tangan Kembali

Kisah ini dikutip dari pengalaman pribadi, yaitu sering berdebat argument dengan kakak. Semua perkara pertikaian pudar karena hari raya idul fitri kembali mengulurkan tangan untuk saling memaafkan.

28. Hilal Telah Tampak, Jodoh Masih Diperjuangkan

Hilal telah tampak, menandakan bahwa hari raya idul fitri telah tiba. Perkara jodoh? Jangan resah, semua akan datang pada waktu yang tepat. Nikmati saja prosesnya. Ingat, Allah tidak tidur. Tulisan ini sedikit mengisahkan tentang sebuah perjuangan untuk bertemu sang jodoh. Walaupun hilal telah tampak.

29. Idul Fitri Paling Berkesan, Berdamai Dengan Diri Sendiri

Di antara banyak kesan di hari raya idul fitri hanya satu yang paling terkesan saat pendemi, yaitu berdamai dengan diri sendiri. Itu saja sudah cukup.

30. Terima Kasih, THR Samber 2020

Terima Kasih Samber 2020, telah mengajarkan sebuah kreatifitas dalam menulis yang dikemas menarik dalam bentuk Event Blog Kompasiana.
 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun